Langsung ke konten utama

Teman Kelas Ane Meninggal Misterius (PART 6)

 Teman Kelas Ane Meninggal Misterius (PART 6)

Sebelum ane mulai lanjut ke part 6, ini semua bener2 terjadi sesuai yg ane alamin dan saksikan dengan beberapa teman tanpa bermaksud meremehkan agama tertentu. Cerita pengalaman ane ini cuman buat perenungan viewer aja, terutama bagi ane sendiri saat itu yg bener2 ga percaya bahwa jiwa yg dikorbankan untuk Iblis itu sebagai persembahan memang ada. Jangankan di pedesaan, di kota seperti kota batam saat itu aja terjadi. Wallahualam gansis.


Oke mari kita mulai.

Setelah mendapatkan goreng2an bonus dari sisa2 penjualan kantin, ane pun dengan beringas mengkonsumsinya. Maklum, sudah masuk jam makan siang, apalagi abis ngangkut si melisa yg berbobot seperti beras sekarung 50kg. Disela-sela kami menunggu bel yg akan menandakan berakhirnya jam pelajaran hari itu, ane pun menyarankan si melisa buat sms sopirnya buat jemput sekarang. Si melisa pun menuruti saran ane, segera dia mengambil hape dari sakunya dan mengetik sms.


"eh nanti keluar UKSnya tunggu sudah agak sepi aja, kasian pasti melisa bakal diliatin anak2", ujar ane yg khawatir.

Adegan ane gotong menggotong melisa melintasi beberapa kelas pasti mengundang tanya beberapa makhluk kelas yang kepo.

"iya, aku malu. Apalagi aku anak baru", ujar melisa yg pasrah dengan hari itu.

"oke, nanti setelah bel berbunyi kita tunggu 15 menitan, biasanya sudah sepi bener", ujar ane.

Tak lama bel berbunyi dan kami pun saling lihat satu sama lain. Ane pun segera menutup pintu UKS dan hordeng jendelanya, Maksud ane biar menghindari kepoan dari beberapa anak kelas lain termasuk kelas ane.


2 menit kemudian ternyata pintu UKS diketok dan suara wali kelas ane memanggil ane.

"Dit... Ini ibu, buka, gimana melisa?", tanya bu wali kelas ane

ane segera membuka pintu dan menyaksikan seluruh warga kelas ane di belakang wali kelas.

Ane pun segera menyuruh bubar para warga kelas ane, dengan menjawab si melisa sudah sadar dan lagi makan goreng2an. Ane pun membuka pintu dan membiarkan para warga kelas ane yg perhatian buat melihat dari pintu.

"eh, jangan masuk, sudah pengap begini, udah bubar sana", ujar ane ke teman2 kelas ane.

wali kelas ane pun masuk dan segera menghampiri melisa dengan berbicara pelan. Ane kagak denger saat itu karena sibuk menghalau warga kelas buat masuk.


"mel, cepet sembuh ya", rata2 begitu suara teman2 sekelas ane.

melisa pun membalas dengan mengiyakan dan mengucapkan terima kasih yang diiringi wajah yang penuh ceria.

"dah ayok bubar, uda aman kok melisa, ada cowoknya yg ngurus tuh", ujar Yuni sang provokator

"annjjjiiirrr lu, gue cipok baru nyahok lu tar", ujar ane rada genit

"ahhhh mau dong, ayo kapan", balas Yuni yg memang rada mesum genit wakakakkaka

mereka pun bubar dengan tenang dan wali kelas ane pun akhirnya berbicara dengan ane.


"Ketua kelas, yg jemput melisa sudah dikabarin belom?", tanya wali kelas ane.

"sudah bu, aman aman, beres pokoknya tenang aja", ujar ane berusaha meyakinkan

"sippp, memang ketua kelas ibu paling bisa diandalkan", ujar wali kelas ane dengan menepuk2 kepala ane.

"ibu pulang saja, biar kami berempat nemanin melisa sampai jemputannya datang", ujar ane

Wali kelas ane pun menyarankan ane kalau ada apa2 ke ruang guru saja, karena dia masih harus ngoreksi beberapa lembar ujian.


Ane pun mengangguk dan segera menutup pintu kembali menghindari warga kelas lain yg kepo.

"mel kamu nggak papa? kalo masih pusing baring aja deh, kamu mau minum teh kah?", tanya ane

"iya ne kok aku mual dan pusing lagi ya, padahal uda makan gorengan", ujar melisa

"oh wajar, masuk angin emang begitu", ujar bily

melisa pun berbaring kembali dan sesekali tersenyum malu2 ke arah kami yg selalu melototin si melisa.


"ih, uda jangan diliatin, ge er tau", ujar melisa

"aduh maap, suka kelupaan kalau aku tampan suka bikin malu cewek2", ujar bily dengan pede

kami pun ngakak2 dan si mister langsung menjitak kepala bily.

"eh, aku mau ambil tas aku dan melisa dlu, kalian jaga melisa dlu, nanti gantian ambil tas masing2", ujar ane.

"eh, ga usa, uda disini aja, biar aku ambilin tas sama mister, lu ma si bily tungguin disini aja", ujar lexi yg nampaknya kalau teman kesusahan paling siap membantu

"oh yauda, sekalian tolong rapi2in semua buku2 di meja ya masukin aja ke dalam tas", ujar ane

"beres, ayok mis", ujar lexi yg segera bergegas keluar dengan mengintip sekitar. Memastikan tidak ada lagi makhluk2 kepoers yang ingin tau kejadian pingsannya melisa.


Ane dan bily pun duduk dengan tenang, maklum si melisa mulai memejamkan matanya. Dengan mengkode supaya silent, si bily kemudian mengecek hapenya. Baru 5 detik, tiba-tiba si melisa mulai mengeram.....


"errrrrrrrrrrrrrrrrrrr...... errrrrrrrrrrrrrrrr.... errrrr.............", eraman melisa yang terbaring sembari kejang-kejang.

ane saat itu kaget dan tak percaya, secara otomatis ane dan bily langsung berdiri dan melihat satu sama lain kebingungan.

"aaaaaaaaaaaarrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrhhhhhhhhhhh arrrrrrrrrrhhhhhhhhhhhhhhhhhhh", suara eraman melisa semakin keras dan bener2 serak.

Ane pun langsung mendekat dan berusaha membangunkan melisa agar berhenti dari mengeram2 ngeri begini.


"keknya, kerasukan ne si melisa, dit", ujar bily yang segera memegang kaki si melisa yang meronta-ronta.

"dit, gimana ne dit", ujar bily yg semakin panik karena menendang2 tangan dan badan si bily (terkadang kena juga ke biji menyan bily waakakakakaa)

ane pun kagak pernah ngadepin orang kerasukan, palingan orang kecelakaan doang saat itu. Ane segera menyarankan si bily untuk membaca surat2 pendek dalam Alquran.

"surat apa?", tanya bily

"ayat kursi bisa ga?", tanya ane yg juga belum apal ne ayat kursi saat itu

"ga bisalah, ane cuman iqro 4", ujar si bily yg membuat ane kaget dan sedikit ketawa saat itu karena cengiran bily bener2 lucu.


"anjir, uda deh baca doa kulhu aja apa alfatihah, kalo ga astagfrullah aja dlu sampai si lexi dan mister datang", ujar ane

Surat2 pendek pun kami baca2kan dan setelah beberapa detik tiba2 rontaan dan eraman dari melisa berhenti. Saat itu ane pun sedikit lega tapi tak percaya kami bisa menghentikan kerasukannya melisa.

"eh ada bakat ustads juga kita ne ya", ujar bily yg kembali nyengir karena takjub menghentikan kerasukannya melisa.

ane jujur aja saat itu rada bangga dan juga lega karena berhasil menghentikan kerasukan.


Tak lama mata melisa terbuka tapi melotot ke arah bily. Ane saat itu masih suasana tertawa akibat candaan si bily.

"dit, liat melisa", ujar bily dengan wajah panik.

ane pun melihat wajah melisa yg melotot ke arah bily dan menunjukkan giginya seperti geram.

"ampun melisa ampun ampun", ujar bily dengan merapatkan tangannya memohon maaf.

"Dit gimana ne?", ujar si bily meminta arahan ke ane.

"Ayo baca lagi bil surat2 pendek", ajak ane.

kami pun membaca dengan keras dan ketakutan.


tiba-tiba, si melisa bangun duduk tapi ane kaget rupanya dia membalikkan badannya. Si melisa bangun dengan posisi seperti anjing. Ane dan bily pun semakin memperkeras bacaan surat2 pendek kami. Dan yang terjadi kemudian si melisa melolong seperti serigala yg bener2 memilukan hati.

"auuuuuuuuuuuuuu aaaaaauuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu aaaauuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu aaauuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu auuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu", suara melisa yg beneran di lolongan yg paling akhir ane mendengar seperti campuran lolongan tapi juga terdengar tangisan gansis (ente coba cari lolongan serigala yg ada tangisannya nah begitu gansis kira2 tapi ane yakin kagak lebih horor dari yg ane denger).

ne dan bily mundur dari ranjang kasur UKS dan bahkan tak sadar tangan ane menyenggol gelas hingga pecah. Bily saat itu terduduk gansis, bener2 ketakutan dan takjub. Si melisa bener2 layaknya serigala atau anjing ane ga paham, suaranya bener2 suara lolongan anjing atau serigala yg ga ada suara2 manusianya saat itu. Ane bener2 takjub, kalau ini akting, ndak mungkin bisa niruin suara begini, ane hakkul yakin gansis ga akan bisa ngehasilin suara begini. Lolongan anjing yg diiringi sayup2 tangisan.


Si melisa yg berposisi seperti sedang main anjing2an tidak menghiraukan ane. Malahan kepalanya selalu di tengadahkan ke atas. Sesekali dia melolong panjang, dan menunduk beberapa detik kemudian melolong kembali bener2 membuat ane kagak tau harus gimana.

lexi dan mister kembali dengan membawa tas2 ane dan melisa.

"eh kenapa dia?", ujar si lexi keheranan

"anjiiiiirrrrrr, ini horor abis kerasukannya, anjiiirrrrrr", ujar si mister yg ga percaya atas kerasukan si melisa dengan melolong2.

"eh kalian apain trus bantu doalah", ujar lexi

"udah, awalnya cuman eram2an, kami baca surat2 pendek malah jadi melolong2 begini", ujar si bily dengan nada panik.


Ane pun teringat bahwa si melisa ini pergi ke gereja, pasti sama dengan si lexi dan mister pikir ane saat itu.

"ei, kalian kan sama agamanya dengan melisa, coba bantu doa2 kalian", pinta ane ke lexi dan mister.

"anjiiiirrrr, beda gereja anjirrrr", ujar si mister

"beda gimana", ujar ane kagak paham

"ya beda, ane katolik, si lexi protestan, nah si melisa kristen apaan?", respon mister dengan panik

"alamak, yang penting coba aja dah doa2 kalian2", pinta ane.


"anjjiiiirrr yawda de aku coba", yang diikuti bacaan doa mister yg ane denger sayup2 tentang roh suci, roh kudus, bunda maria, terpujilah2 dan sebagainya ane kagak denger karena sibuk memperhatikan reaksinya melisa. Mungkin juga karena si mister ngomong cuman komat kamit doang dengan cepat jadi kagak jelas.

"bapak yesus di surga, tolonglah hamba kita, beri kekuatan melawan godaan setan", doa lexi yg ane dengar dengan lebih jelas.

namun sebelum lexi melanjutkan doanya dengan merem2 dan penuh penghayatan, tiba2 lolongan si melisa berhenti.


Ane pun segera menabok si lexi yang menghayati bener doanya. Seketika si mister pun berhenti dan menyaksikan melisa yg masih posisi seperti serigala. Tapi kali ini matanya mengarah ke kami berempat dengan tatapan penuh bengis menurut ane untuk menggambarkan tatapan melisa saat itu. Antara meremehkan dan juga ingin menakuti kami tatapan melisa saat menoleh ke kami yg berhenti melolong.

"eeehhheeeee ehhheeeeee...... hhhhaaaahhhaaaaaaa hhhhhhaaaaaahhhhhaaaaaa.... hhhhaaaahhhhhhhhaaa.... hhhaaahhahhaaaaaa", suara tertawa terbahak2 dari melisa dengan suara wanita seperti tante2 gansis.
melisa pun kembali melototin kami ber empat.
"pergiiiiiiiii..... perrrrgggiiiiiiii....", suara melisa yg bersuara tante2 tapi penuh serak.
Ane bener2 kagak tau mesti gimana, dan memberanikan diri buat mendekati melisa.
"meeelll, sadar mellll, sadarrr", pinta ane dengan penuh iba
"gggrrrrrrrrrrrrrrrrrr..... hrrrrrr.........", nafas suara melisa saat itu ketika ane berusaha mendekati si melisa namun segera dipegang lexi buat jangan mendekat.

"Eh, si sopirnya uda dihubunginkan, coba cek di parkiran mungkin uda datang", tanya lexi ke ane.
"eh iya, ane yg pergi sekarang?", tanya ane
"jangan2 biar aku aja, coba panggil wali kelas kan masih di ruang guru", saran lexi.
"aku pergi panggil bu wali kelas", pinta mister.
ane kagak tau niat mister apa karena pengen kabur apa pengen nolong beneran wakakakak penuh inisiatif pertama kali saat itu.
Si melisa masih dalam posisi seperti serigala namun cuman nafas terengah-engah dengan sedikit eraman dan sedikit meremas2 kasur dengan kukunya.

Ane pun mengajak si bily buat keluar dan menunggu di depan pintu UKS saja. Tak lama mister datang dengan bu wali kelas yang lari tergopoh2 dengan muka yang penuh panik.
"gimana dit, si melisa kenapa?", tanya bu wali kelas ketika hampir sampai mendekati pintu
"bu, melisa makin parah, sepertinya kerasukannya parah bener", ujar ane
"hah, kerasukan, oh tuhan", ujar wali kelas ane.
"kau siapa, kenapa mengganggu murid saya", suara wali kelas ane yg sudah membaca doa terlebih dahulu dan mengeluarkan salib di kalungnya.

Melisa kembali melotot dan kali ini sedikit tertawa keras tapi suaranya kali ini cowok gansis. Masya allah ane bener2 takjub, kok bisa berubah2 suara si melisa.
"kau tak tau aku ini siapa, kau itu hanyalah sampah, nanti kau pun ikut aku", ujar melisa dengan suara cowok parau.
"dasar setan terkutuk, pergi kau dari tubuh tak berdosa ini", ujar wali kelas ane
"hihhhaahahahhaha hhhhhiiiihahahhahaha hhhhiiihhhhahahhahaha", suara tertawa melisa yang melengking membuat ciut nyali wali kelas ane.

"Dia ini gerejanya dimana?", tanya wali kelas ane ke mister yang menjelaskan gereja di batu ampar.
"gereja di batu ampar", bu wali kelas ane pun keheranan dan menyarankan mister untuk mencari tau pendeta gereja di tempat melisa ibadah.
untungnya, taklama si sopir pun datang dan anehnya ane kagak melihat ekspresi muka dari sang sopir yang kaget. Memang dia tampak kebingungan, tapi tak ada ekspresi panik atau heran dengan apa yg dilihat. Si sopir pun disarankan bu wali kelas ane supaya menelpon ortu melisa.

"ortunya lagi di luar batam, coba saya telfon mereka dlu", sembari si sopir mencoba menghubungi ortu si melisa.
ane kagak denger omongan si sopir karena pergi menjauh dari UKS seperti tidak ingin didengar pembicaraan oleh kami. Beneran, ane kagak melihat adanya rasa panik atau iba, atau layaknya bawahan (sopir) yg cemas dengan anak gadisnya majikan yang kerasukan parah begini.
"oh, sudah bu, sesuai instruksi papanya melisa, saya sudah menghubungi pendeta *******, sebentar lagi datang", ujar sopir.
Kami pun sedikit lega dan tampak raut wajah dari wali kelas yang merasa tidak enak tapi juga berterima kasih karena mendampingi melisa dan tidak pulang ke rumah.

Melisa pun seperti tertidur tetapi masih mengeram-eram dengan posisi masih seperti serigala.
Wali kelaspun mengajak si sopir berbicara empat mata dengan menjauhi kami. Ane kagak denger apa yg dibahas mereka. Ane dan 3 cecungukers bener2 mati kutu mau ngapain kami saat itu. Mau berdoa ala agama masing2 percuma saja, bahkan kami mulai menertawakan si mister yg berdoa kagak jelas tapi berusaha konsentrasi. Lexi ternyata dia sudah ambil kursus jadi pendeta muda, makanya dia bisa baca doa jelas dan penuh penghayatan begitu.

"eh emang beda gereja, beda pendeta ya?", tanya ane saat itu
"ya bedalah, beda juga pengikutnya, tata cara ibadahnya, pantangannya", ujar lexi yg diikuti kata o dari ane yg kagak tau sama sekali urusan pergerejaan.
Sesekali kami mendengar si melisa cekikikan dan marah-marah tidak jelas. Ane pun sempet candain si bily, kalau dia berani nembak melisa saat ini ane kasih 100rb cash wakakakakaka.
Si bily pun menghina ane karena candaan ane kagak pas. Ane pun menanyakan apa mau nikah sama melisa setelah tau begini. Bily pun tak menjawab dan penuh ragu untuk tetap naksir sama melisa wakakakkaka maklum muka bily bener2 seperti orang habis jatuh dari motor. Antara sadar dan gamang dengan keadaaan wakakakkaa.

Tak lama datanglah si pastur atau pendeta dari gerejanya si melisa. Ane pun segera membuka pintu UKS. Masya allah gansis, ane saat itu mencium bau menyengat yg ane pernah hirup di dekat lt.1 rumah si melisa. Padahal sewaktu kami berempat di dalam UKS, tak ada bau menyengat ini. Ane kagak tau bau apaan, antara bau dupa sama rempah2 ga jelas ane kagak bisa gambarin. tapi ini bukan bau menyan gansis, ane yakin bin mustahak.
"eh kok bisa bau ini ada disini", ujar lexi yang heran
"iya ini tadi ga ada bau ini", ujar bily yg juga yakin sama ane.
"udah buka semua jendela dan hordeng biar udara nya masuk", ujar ane.

Si pendeta pun masuk dan segera berdiri di tengah ruangan UKS. Si pendeta pun mengeluarkan al kitab dan beberapa kalung salib yang disertai perlengkapan lain ane kagak paham karena disuruh tunggu di luar sama ne pendeta.
"terpujilah bapak kudus di surga yang selalu menanti....", doa si pendeta yang tiba2 terhenti karena si melisa kali ini tidak lagi seperti serigala, tapi dia MELAYANG GANSIS
MELAYANG!!!!! seperti layaknya jurus bangau kungfu china yg berdiri diatas satu kaki dan tangan yang dilebarkan seperti sayap. Namun tanpa si melisa kakinya tidak menyentuh kasur gansis, masya allah wallahualam bener.

kami semua terpana dengan adegan melayang dari si melisa. Sampai mister dan bily kagak kuat ngelihatnya, mungkin bener2 shock atau horor ane kagak tau. Ane aja ngelihat itu beneran bukan lagi merinding tapi bener2 seperti mati ketakutan pengen lari dan ga mau urusan lagi dengan melisa yang kerasukan. Ini bukan level ane yg cuman anak SMA masih berkutat dengan asmara sekolah wakakkakaka.

Ane bener2 takjub dan ngeri, tapi ane semakin perhatikan si melisa ini bukan seperti menirukan jurus bangau tapi malah seperti tangannya terikat dengan digantung seperti di salib gansis. tak lama si melisa kembali bersuara ketika si pendeta kembali membacakan doanya...
"errrrrrrrrrrrr hahhahahahahhahaha errrrrr hahahahahhahahha", suara tertawa melisa yang begitu parau setiap doa yang dibacakan pendeta ini dengan penuh semangat.
"dasar munafffiiiikkkkk munnnnaaaffiiiiiiikkkk, hahahahhahahahahha", ujar melisa yg memutar2 kepalanya dengan posisi masih melayang
"kau itu muridku.... muriddkuuuu... untuk apa kau membaca2 kitab itu", ujar melisa

Si pendeta tetap cuek dan membaca dengan keras dan fokus dengan kitab yang dibawanya.
"kau tau aku ini siapa haaah? hahahahahhahah", ujar melisa
ane kali itu beneran penasaran dan pengen tahu. Detak jantung ane mendorong ane buat berani berkomunikasi dengan melisa yg kerasukan.
"kau siapa emangnya, kenapa kau merasuki melisa, melisa salah apa hah?", hardik ane yg maju mendekati melisa.
"kaauuuu.... kkkaaauuuu kauuuuu baikkk, tapi melisa milikkuuu", ujar melisa yg kerasukan

"kau siapa?", tanya ane lagi
"aku raja naga di neraka, aku raja aku raja, sedang dia ini pengikutku", tangan melisa menunjuk si pendeta.
"kau itu tempatnya sama denganku, neraka neraka neraka hahahahahaha", ujar si melisa
si pendeta pun kaget dan salah tingkah saat itu gansis.
"aku ini raja naga, perjanjianku... melisa milikkuu hahahahahha", ujar melisa dengan suara cow yang parau.
"tak ada yg bisa mencegah, sudah saatnya, saatnya dia ikut aku, 17 tahun aku menanti, sudah saatnya", ujar melisa lagi.
"hahahahahhahaha, sudah diam kau, aku pergi sekarang", ujar melisa yang langsung terbaring pingsan dan hampir jatuh ke bawah lantai.

Ane dengan sigap menangkap tubuh melisa yang terkulai dan tak sadar. Si pendeta pun seketika langsung keluar dan berdiskusi dengan sopir. Sopir pun meminta ijin untuk mengangkut melisa ke mobil bersama pendeta. Ane pun dan teman2 disarankan sudah tidak perlu membantu, cukup mereka berdua. Ane pun bengong, karena mereka tidak ada mengucapkan terima kasih atau menceritakan akan memberi tahu perkembangan melisa atau mengajak kami ke rumah sakit.

Ane berempat plus wali kelas mengikuti sopir dan pendeta menggotong melisa ke dalam mobil volvo hitam. kami pun tidak ada diklakson, mereka cuman segera kabur dari parkir meninggalkan kami dengan bengong dan tak paham apa yg terjadi. Ane berulang kali tetap bersyukur, paling enggak kondisi sekolah sudah kosong cuman wali kelas ane dan kami berempat yang menyaksikan kejadian ini. Kalau tidak, pasti sudah menjadi heboh dan bisa membuat malu melisa. Ane kagak yakin melisa bakalan mau sekolah lagi jika seluruh murid menyaksikan apa yg ane saksikan.

"bu, melisa itu mau dibawa ke rumah sakit mana ya", tanya ane polos
"ibu pun tidak tahu, sudah kalian segera pulang ke rumah, terima kasih yg banyak. Untung kalian belum pulang. Kalau tidak ibu tak tau harus gimana menghadapi yg begitu", ujar wali kelas
"tapi ibu ini sepertinya pendeta juga ya", tanya ane polos
"pendeta itu cow nak, ibu cuman berani2 saja", ujar wali kelas.
ane dan teman2 pun segera pulang naik mobil lexi dan berdsikusi tentang kejadian ini.

next : MELISA YANG TAK PERNAH KEMBALI KE SEKOLAH..


Postingan populer dari blog ini

Misteri Suara Tanpa Wujud

Malam itu pekat tak berbintang, hujan sejak sore sudah mulai sedikit reda, menyisakan gerimis halus ... membawa kesejukan. Namun, membuat sekujur tubuh merinding juga. Bagaimana tidak, aku hanya sendirian di rumah kala itu. Ayah dan ibu sedang ke luar kota menjenguk kakak yang habis lahiran. Kebetulan aku tak ikut, karena sering mabuk darat juga karena perjalanan ke rumah saudariku itu terbilang cukup memakan waktu lama. Bisa pegal pinggangku kelamaan duduk dalam mobil. Malam itu, lepas makan semangkuk indomie kaldu dicampur cabe lima biji plus perasan jeruk nipis sebelah, cukup membuat badan sedikit hangat. Makanan penggugah selera itu selalu menjadi makanan pengusir dingin kala malam tiba dengan segudang hawa dingin yang mencekam. Musim hujan selalu membawa berkah bagi Mpok Iin, penjual indomie langgananku di sudut jalan depan. Stok jualannya selalu laris olehku, pecinta mie kaldu. Setelah habis melahap semangkuk makanan andalan, segera bergegas ke ruang belakang rumah. Dapur maksudn...

Lexi Terkencing-kencing

Beberapa hari setelah mendengar melisa yang sudah tiada, kami pun mencoba mengikhlaskan dan cuman mengingat melisa sebagai bagian kenangan yang indah waktu sekolah. Tampaknya bekas trauma dan sedih tentang melisa ini membuat kami benar2 enggan buat membahas dan mengingat2 kejadian maupun kenangan bersama melisa. Bahkan beberapa cew famous yg pernah membully si melisa merasa bersalah dan menemui ane buat menyampaikan permohonan maaf ke melisa (dipikirnya ane dukun apa bisa ngirim salam ke arwah). Ane bahkan sempet candain mereka uda ane sampaikan nanti melisa langsung datang sendiri ngobrol langsung dengan mereka, yang diikuti rasa horor dan kepanikan dari wajah2 cew famous ini wakakakakka. "eh besok sabtu, kita bikin tenda sendiri aja", ajak lexi "emang lu ada tenda?", tanya ane "ada keknya, tapi lupa aku taruh dimana nanti aku cek dlu", jelas lexi. "gua ada, tenang aja nj*ng, tapi tenda ku ne gede banget", ujar mister "ah bagus kalau gede, ...

Teror-teror di Apartemen Berhantu Surabaya

  Ini adalah ceritaku semasa kuliah di Malang sekitar taun 2012-2013. Jadi waktu itu aku udah nyelesain semua matkul wajib dan sudah selesai magang di taun 2011. Skripsi? Nanti dulu, nunggu temen2 yg masih ngulang matkul. Menjunjung tinggi solidaritas angkatan coy!  Karena merasa punya banyak waktu luang, aku manfaatin nyari aktivitas luar kampus. Seperti ikut komunitas fotografi, android malang, dan beberapa komunitas sosial lain. Pada saat itu, akupun menerima job graphic design dan fotografi sebagai freelance. Nih foto PCku dulu. Singkat cerita, ada senior kampusku yang kebetulan kakak kelasku di SMA juga, namanya Niko. Mas Niko sama kaya aku, dia nyambi kerja sampingan selama ngerjain skripsi. Di kampusku, sangatlah wajar kalo angkatan2 tua tuh lama lulusnya karena asik nyari duit.  Mas Niko ini dulunya kerja di EO yang ngurusin event2 produsen hape, laptop dan properti. Sampe akhirnya dia jadi sales properti di Surabaya. Beberapa kali dia minta bantuanku untuk bikin ...

”Aku bertarung melawan setan yang tertanam dalam susuk sendiri.”

 “Aku seorang penembang panggung dan aku memakai susuk. Keputusan mencabut susuk kukira hal yang mudah. Tapi sekarang, aku bertarung melawan setan yang tertanam dalam susuk sendiri.” Tengah malam, di satu rumah berbilik kayu, seorang wanita bernama Taya tersentak dari tidur lalu mengerang kesakitan. Urat-urat di wajahnya membiru menonjol keluar menegang. Napasnya tercekat, membuat suaranya berhenti di tenggorokan—  “Kak!! Kakak kenapa?!” Sani, adik Taya satu-satunya panik ketika mendapati kakaknya meringis kesakitan. Ada yang tak biasa dari wajah Taya—di sekujur pipi, dagu dan kening menonjol garis-garis keras serupa jarum-jarum halus.  Sani menyadari sesuatu, buru-buru dia membekap mulut sang kakak agar tak bersuara. “Ssssssttttt” isyarat Sani pelan sambil menangis tanpa suara  Taya mengatur napas, kedua tangannya menggenggam erat sprei dan matanya mendelik ke atas menahan sakit. “KRENGG!!” Suara lonceng terdengar mendekat.  “KREENGG!!” “KREEENGGG!” Lonceng ter...

Me #2 -DOPPELGANGER-

 Waktu saya masih sekolah sd dan toko bapak masih rame" nya, saya lebih sering belajar sendiri karena orang tua saya sibuk sama pembeli. Malam itu seperti biasa saya lagi ngerjain pr dari sekolah sendirian. Di toko ini ada rak untuk barang yang di taruh di tengah sekaligus jadi pembatas buat sedikit ruangan di belakang yang biasa dipake buat shalat sekaligus tempat tidur orang tuaku. Nah saya belajar di situ sambil menghadap lorong yang ada di belakang rumah. Ngerjain pr sambil tengkurap karena ga pake meja, cuma beralas bantal biar dada ga sakit. Lagi fokus" nya saya ngerjain pr (nunduk) sekilas saya lihat di depan saya bapak lewat di lorong dari arah warung nasi ke kamar saya di timur (posisi toko ada di tengah) pakai gamis putih yang biasa bapak pake kalo pergi shalat jum'at. Saya noleh sebentar "oh mungkin bapak mau shalat di sebelah" pikir saya. Gak lama sekitar 5 menit saya lihat lagi bayangan mama di lorong pergi ke kamar timur pake baju tidur warna ungu,...

“Aku tidak membunuh Bayiku, tapi kuberikan pada Jin untuk dijadikan ‘anak setan’. Timbal baliknya, aku mendapat harta tak terduga”

  Satu sepeda motor bebek ditumpangi beban penuh melintas menembus jalanan gelap berkabut di bawah kaki gunung. Tampak pasangan muda yang tengah hamil tersebut menuju ke satu rumah berhalaman luas yang Sebagian besar materialnya terbuat dari kayu.  “Permisi Mbah” Salam Rudi Mereka masuk ke dalam rumah yang ruangannya sudah mengepul asap dupa. Sesaji uba rampe tersusun rapih di atas altar bersama lilin-lilin. “Usia kehamilannya tepat 7 bulan, Mbah. Kami sudah siap.” Ujar Rudi.  Mbah yang dimaksud ialah seorang nenek tuna netra berambut putih yang mengenakan kain jarik. Meski Buta, Si Mbah seolah mampu melihat apa yang ada di sekitarnya, baik yang kasat mau pun ‘tak kasat mata’.  “Mbah hanya membantu, kamu sendiri yang harus melakukan.” Jelas Si Mbah menunjuk Yuli, perempuan hamil besar yang duduk tepat di hadapannya. Tanpa berlama-lama, Si Mbah bangkit berdiri, Yuli diminta mengikutinya menuju ruang dibalik tirai kain.  Rudi diminta menunggu di ruang tengah . Di ...

SIDE STORY (Perdukunan)

 Di Jakarta Bapak membuka usaha kelontong yang berjalan dengan lancar. Mama pun berinisiatif membuka warung nasi sebagai usahanya. Bukan karena merasa penghasilan usaha bapak kurang, tapi karena mama tidak mau sepenuhnya bergantung pada suami. Mama memang terkenal pandai memasak, alhasil warung nasinya pun selalu ramai. Mama memulai usaha warung nasinya saat aku kelas 4 sd dan adik laki-laki ku berumur 3 tahun bernama Hasan. Sering kali guru-guru memintaku untuk membelikan makan siang di warung nasi mama. Aku memang termasuk murid yang dikenal semua guru karen tergolong murid yang pintar. Apalagi wali kelasku saat kelas 4 sd namanya bu Mumu. Beliau selalu bersikap lebih sayang padaku. Kadang sampai teman-temanku merasa beliau pilih kasih karena bagi murid-murid lain bu Mumu terkenal galak dan ditakuti. Selain guru-guru lain, bu Mumu yang paling sering menyuruhku melakukan tugas di luar pelajaran. Seperti membelikan makanan, alat-alat tulis, membantunya mengoreksi ulangan atau mengg...

TULAH - BAGIAN 3

  Terakhir kali Dea merasakan ketakutan seperti ini adalah ketika dia berumur sepuluh tahun. Lift yang membawanya beserta bapak dan ibunya ke lantai tiga sebuah pusat perbelanjaan, tiba-tiba kehilangan daya tarik dan macet di tengah jalan. Suatu kejadian yang tak akan pernah ia lupakan seumur hidup, tentang bagaimana sensasi terkurung di ruangan sempit selama lebih dari dua jam. Gelap, pengap dan merasa terancam. Bahkan untuk bernafaspun, rasanya Dea kesulitan. Dan kini, trauma 12 tahun lalu itu mendatanginya lagi. Kali ini, bukan di lift atau ruangan sempit lainnya. Tapi di atas motor Gilang yang melaju kencang di atas jalan tanah berbatu yang membelah hutan jati. Hutan jati, yang di kemudian hari mereka berdua kenal memiliki nama hutan Randuwangi. Sensasinya sama. Dea merasa terkurung di tempat ini. Pohon-pohon jati yang meranggas ini seperti memiliki sepasang mata yang menatap tajam kepada dia dan Gilang. Seakan mengawasi keberadaan dua anak muda asing yang datang kesini tanpa p...