Langsung ke konten utama

KABUT MISTERI GUNUNG SLAMET, 3.428 mdpl

 


Gunung Slamet, 3.428 mdpl, merupakan gunung tertinggi di Jawa Tengah dan juga gunung
tertinggi ke 2 di pulau Jawa setelah Gunung Semeru di Jawa Timur. Sehingga dari itu Gunung
Slamet kerap disebut atap tertinggi Jawa Tengah. 
Sebagaimana pada umumnya gunung-gunung yang ada di Indonesia, khususnya di pulau Jawa selain membuat terpana akan pemandangan indah yang menawan, gunung juga menyimpan sejuta kisah misteri dan angker. Termasuk juga Gunung Slamet. 
Gunung Slamet terletak diantara 5 kabupaten yakni Banyumas, Purbalingga, Pemalang, Tegal
dan Brebes. Yang berarti Gunung Slamet dapat didaki melalui ke 5 daerah tersebut. 
Kira-kira seminggu sebelum thread ini diposting @Micka0619 bersama teman-teman pendaki mencoba menelusuri misteri yang menjadi pembicaraan banyak orang di Gunung Slamet. Kami mendaki melalui jalur basecamp Bambangan di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. 
Beberapa kisah misteri Gunung Slamet yang @Micka0619 rangkum dari berbagai sumber adalah; terdapat desa gaib/jin, pada pos 4 (jalur Bambangan) yang disebut pos Samarantu dipercaya merupakan gerbang/portal gaib menuju ke dimensi lain, 
dan juga terdapat pasar
“setan” sebagaimana kabar yang santer terdapat di Gunung Merapi dan Gunung Lawu.
Pada pendakian kali itu @Micka0619 ditemani seorang porter yang merupakan penduduk asli desa Bambangan, kita sebut saja namanya mas Pri. 
Nantinya selama perjalanan pendakian mas Pri juga bertindak sebagai guide. Dari beliau @Micka0619 mendapatkan beberapa informasi.
Sebelumnya kami sampaikan bahwa thread kali ini sebenarnya tidak hendak berkisah “horor”. 
Karena juga jujur saja, pada setiap petualangan pendakian di gunung yang sekaligus penelusuran @Micka0619 selalu berharap tidak terjadi interaksi dengan “mereka” yang tak kasat mata. 
Namun memang tak dapat dipungkiri ada saja kejadian-kejadian yang bersinggungan dengan hal mistis. 
Niat utama setiap pendakian adalah penyegaran jiwa dengan mendekatkan diri kepada Tuhan dengan mengagumi salah satu karya-Nya yakni gunung. 
Adapun jika ada saja terjadi interaksi dengan makhlub gaib itu karena memang kita hidup berdampingan dengan “mereka”, dan kalian tau....., “mereka” juga diciptakan oleh Tuhan. Oke, kembali ke kisah. @Micka0619 bersiap mendaki pada hari Kamis pagi pukul 8. 
Sebelumnya diadakan briefing terlebih dahulu dengan mas Pri terkait dengan hal teknis pendakian. Saat ditanyakan apakah ada pantangan saat nanti di tengah hutan rimba, jawaban yang mas Pri jabarkan cenderung bersikap “diplomatis”. Setidaknya itu yang @Micka0619 tangkap. 
Dalam arti dia mengatakan tidak ada pantangan khusus namun ada baiknya selalu menjaga sikap. Jangan berbuat tidak senonoh, jangan berkata perkataan makian kotor, dan jangan membuang sampah sembarangan. 
Wah, kalau hal-hal seperti itu sih di manapun kita hendaknya memang jangan berbuat ya.
Sebenarnya jadwal pendakian @Micka0619 ke Gunung Slamet sedianya sebelum bulan puasa lalu, awal bulan Maret. 
Namun memperhatikan cuaca kala itu yang masih belum bersahabat, masih sering terjadi hujan lebat disertai angin kencang alias badai membuat rencana pendakian ditunda. 
Dan sepertinya keputusan yang tepat, pada pendakian minggu lalu itu cuaca sangat bersahabat, dalam arti tidak terjadi hujan lebat dan badai. 
Tapi bukan berarti masuk dalam rimbanya suasana benar-benar cerah terang-benderang, kabut tebal silih berganti mengiringi
langkah. Gunung memang seakan memiliki cuaca sendiri, tak bisa diprediksi.
Tiba di pos 4, dinamakan pos Samarantu. Nama itu diambil dari dua kata, Samar dan Hantu. Kalian sudah bisa menerka-nerka pastinya menyimak dari namanya saja. Menurut informasi yang beredar pada pos 4 ada sosok yang kerap menampakan diri yaitu sosok perempuan dengan kaki terbalik. 
Kurang jelas makna terbaliknya bagaimana, apakah terbalik dengan kaki di atas dan tangan di bawah atau terbalik bagian jemari telapak kakinya menghadap ke belakang. Dan juga disebut-sebut bahwa pos 4 merupakan pintu gerbang ke alam atau dimensi gaib. 
Konkritnya adalah desa alam gaib. Konon, ada pendaki yang mengalami tersesat ke desa gaib tersebut. 
Kalian bisa menyimak kisah pengalaman pendaki yang tersesat ke desa gaib di Gunung Slamet dari beberapa chanel horor di Youtube. Coba saja ketik kata kunci, “tersesat ke desa gaib Gunung Slamet”. 
“Gerbang” menuju alam gaib tersebut ditandai dengan dua pohon besar yang seolah seperti gapura besar tugu penyambutan menuju alam/desa gaib. Namun saat @Micka0619 tiba di pos 4 kemudian menyempatkan singgah beberapa saat di situ kedua pohon dimaksud sudah tidak ada. 
Menurut mas Pri, dua pohon besar itu telah tumbang. Mas Pri enggan menjelaskan penyebab tumbangnya dua pohon itu, entah karena terkena petir atau angin badai. Dia hanya menjawab, “ga tau juga kenapa sebabnya....”. 
Tim @Micka0619 menyempatkan mengambil foto di pos 4 tersebut. Tampak ada dua jalur percabangan. Menurut mas Pri, yang satu adalah jalur lama. 
Namun mas Pri menerangkan, bahwa para pendaki sangat tidak disarankan mendirikan tenda di pos 4. Dan menyarankan jika hendak mendirikan tenda sebaiknya di pos 5.
Sebagaimana disarankan oleh mas Pri, sore harinya kami tiba di pos 5 lalu mendirikan tenda di sana untuk bermalam. Mendirikan tenda dan bermalam dengan maksud untuk dapat beristirahat mengumpulkan tenaga sebagai persiapan summit atau pendakian menuju puncak di esok subuh hari. 
Pos 5 memang secara lanskapnya sangat layak untuk mendirikan tenda. Lahannya cukup lega sebagai tempat mendirikan tenda dari banyak kelompok pendaki, terdapat sumber air, 
di saat-saat tertentu ada penjual sekedar makanan atau minumam ringan oleh warga lokal (warlok) dan terdapat bangunan sederhana semacam posko yang bisa dijadikan tempat berteduh darurat jika tenda tak mampu menahan hawa dingin yang terlalu mendera. 
Di Pos 5 ini kami mendengar suara anjing yang menyalak-nyalak. Entah dari mana asal suara gonggongan anjing tersebut. Karena sepanjang pengetahuan dan pengalaman jika suara anjing itu adalah suara dari anjing hutan, 
seharusnya anjing hutan mempunyai kebiasaan keluar menunjukan dirinya kepada siapapun yang dianggap masuk teritorialnya. 
Namun saat itu anjing itu tidak barang selewatpun menunjukan dirinya kepada para pendaki. Saat @Micka0619 menanyakan hal itu kepada mas Pri dia malah bercerita seperti ini; dahulu pernah ada pemburu yang berburu di hutan rimba Gunung Slamet. 
Namun si anjing berpisah dengan tuannya, si pemburu dan tidak pernah kembali lagi. Sejak saat itulah anjing milik pemburu itu menjadi anjing liar.
Mas Pri lagi-lagi tidak bisa menjelaskan lebih jauh mengenai kisah anjing dan pemburu itu tersebut. 
Kapan waktu tahun kejadian si anjing berpisah dengan pemburu dan anjing jenis apa itu. Apakah teman-teman pembaca ada yang mengetahui perihal anjing di pos 5 itu? Boleh dishare. 
Hari pun menjelang maghrib, @Micka0619 berjalan sedikit menuju tempat yang sedikit rimbun untuk membuang air kecil. 
Sebelum membuang air kecil tentu saja berdoa meminta perlindungan Tuhan terlebih dahulu, lalu tak lupa juga minta maaf dan ijin kepada “siapapun” yang ada di tempat itu. 
Tidak seberapa jauh dari pepohonan tempat membuang air kecil itu, mata @Micka0619 melihat
sesuatu yang menarik yakni ada bekas wadah tempat bunga untuk sesajen, atau canang sari. 
Canang sarinya sudah dalam kondisi kosong, dan terlihat sudah lama entah sejak kapan
terserak di sekitar tempat itu.
Terkait dengan satu ini @Micka0619 tidak hendak menanyakan kepada mas Pri. Mana tahu jika ternyata hal itu merupakan semacam kepercayaan warlok sebagai bentuk kearifan lokal. 
Khawatir menyinggung. Meski sebenarnya lebih kepada memaklumi juga jika ada yang melakukan praktik memberi sesaji bunga di Gunung Slamet. Malam hari saat hendak tidur, di luar sekitar tenda terdengar suara-suara lenguhan. 
Kami abaikan saja suara itu, kami anggap itu suara binatang. Meskipun kami kemudian ingat bahwa malam itu adalah malam Jum’at. Sedari awal saat gelap malam mulai menyelimuti kami juga menghindari menyorot sinar lampu senter ke arah dedaunan di atas pohon. 
#
Keesokan harinya, pukul 3 subuh buta kami bergerak untuk summit. Bergerak sepagi itu untuk
mengejar momen matahari terbit dari atas puncak gunung. Satu pemandangan yang diidamkan
para pendaki gunung.
Sekitar pukul 7 pagi kami tiba di pos terakhir pendakian Gunung Slamet jalur Bambangan yakni pos Plawangan. Kami kira sudah melalui perjalanan terberat, ternyata kami salah. 
Meskipun puncak Gunung Slamet terlihat sudah di depan mata, namun untuk menuju ke sana harus melalui lereng berkerikil dan bebatuan cadas dengan kemiringan kira-kira 45 derajat.
Lereng ini jadi semacam ujian terakhir bagi para pendaki untuk akhirnya sampai puncak. Tapi bukan hal yang mudah melalui lereng ini, berat, melelahkan dan cukup menggedor fisik juga mental. 
Bayangkan, tingkat kemiringan yang cukup terjal, lintas berkerikil yang licin dengan bebatuan cadas tipe vulkanis di kanan kiri, salah langkah bisa tergelincir terjerembab jatuh. 
Jika sampai tergelincir jatuh ada resiko kepala kita menghantam bebatuan cadas itu, bisa jadi
cedera fatal. Belum lagi posisi kita sudah benar-benar di ketinggian yang seolah kita sejajar
bahkan di atas awan, dipastikan jika memiliki vertigo tidak akan sanggup melaluinya. 
Dan yang menjadi tantangan terberat di di puncak Gunung Slamet adalah angin kencang yang berhembus. Dinginnya sungguh menusuk tulang, meskipun @Micka0619 dan teman-teman pendaki ke sana sudah mulai masuk musim kemarau, cuaca sedang cerah. 
Uniknya suhu di gunung, saat kemarau malah lebih dingin dibanding musim penghujan. Namun demikian jika ke gunung saat hujan kemungkinan besar akan diterpa badai dan kabut yang pekat. Intinya musim apapun mendaki ada tantangannya masing-masing. 
Namun semuanya itu terbayar. Tiba di puncak Gunung Slamet kita disuguhkan pemandangan yang sangat mengagumkan. Kita berdiri di atas awan-awan, memandang lepas dari ketinggian ke bawah nun jauh di sana. 
Kepulan asap putih dari kepundan gunung atau kaldera membumbung tinggi seolah menyambut. Semua terabadikan dalam kamera kami.
Dikarenakan di puncak suhu sangat dingin dengan terpaan angin yang kencang meskipun matahari sedang terik-teriknya, maka diputuskan tidak berlama-lama menikmati panorama puncak lalu kembali turun. 
Perjalanan turun menuruni lereng menuju ke pos Plawangan ternyata lagi-lagi bukan perkara
mudah. Kemungkinan tergelincir malah lebih besar dikarenakan gaya gravitasi pada permukaan turunan lebih terasa bekerja menarik tubuh. 
Saat menuruni lereng cadas inilah @Micka0619 menemukan beberapa tanda semacam plakat
pengingat kenangan mereka-mereka yang meninggal dunia persis di tempat itu. Ada yang terbuat dari alumunium, ada yang terbuat dari marmer. 
Redaksi di plakat itu ada kalimat “In Memoriam”, lalu nama si korban kemudian kalimat mutiara pilihan. Hal tersebut menyadarkan kami bahwa Gunung Slamet termasuk gunung yang cukup banyak meminta korban jiwa. Mari kita doakan semoga jiwa mereka tenang di alam sana.
Sebenarnya sewaktu rencana awal keberangkatan pada awal Maret lalu itu pun ada korban meninggal lagi di puncaknya, seorang pendaki mahasiswa asal Universitas Soedirman, Purwokerto. Penyebabnya adalah hipotermia. 
Beberapa teman seolah mengingatkan untuk mengurungkan niat mendaki Gunung Slamet mengingat akan bahaya dan resiko kematiannya. Tapi bukankah hidup itu hanya sekali. 
Betapa ruginya ketika disaat masih ada di dunia hanya berdiam di rumah tidak melihat betapa indahnya ciptaan Tuhan hanya dikarenakan takut bahaya. 
Sepanjang kita sudah mempersiapkan dan mengukur segala-galanya dengan matang, mestinya bahaya apapun bisa ditanggulangi dan hadiahnya adalah pengalaman berarti sekali seumur hidup. 
Perkara kematian itu rahasia Tuhan yang mana tidak mesti terjadi di gunung, pergi ke kamar mandi pun ada resiko kematian. Maaf, jadi kemana-mana deh. Hehehe. 
Pada siang hari itu juga kami turun gunung. Di tengah rimba saat menjelang sore dan suasana semakin temaram entah mengapa ada perasaan was-was juga. Khawatir ketemu maghrib di tengah hutan. @Micka0619 jadi teringat kisah salah satu narasumber kami saat mendaki ke Gunung Lawu. 
Sudah mendekati maghrib masih di tengah hutan, ada “sesuatu” yang sepertinya berusaha menyesatkan dia dan teman-teman pendakinya. Dia kesulitan menemukan jalan pulang menuju gerbang basecamp. 
Sepertinya hanya berjalan berputar-putar, bahkan malah semakin berjalan jauh ke tengah hutan. Teman-teman yang belum tahu kisahnya bisa membaca thread @Micka0619 dengan judul “Lolos Dari Lawu”. 
Syukurlah, saat sudah dekat waktu maghrib @Micka0619 dan sebagian dari kami sudah tiba di pos 1. Kami masih menunggu 5 orang teman kami yang berjalan di belakang. Saat itu waktu maghrib telah masuk. Beberapa menit kemudian rombongan terakhir akhirnya tiba. 
Salah seorangnya terlihat berjalan tertatih. “Paha kanan gue kram. Rasanya uratnya kaya ketarik,” terangnya. “Tapi aman kan lo? ga
sampe jatoh?” tanya seorang teman. 
“Iya sih, Alhamdulillah aman. Tapi gue ngeliat ada yang udah mulai keluar berkelabatan lari-larian di kanan kiri jalur. Mulai dari pos 3 sampe sini aja tadi,” urainya. “Binatang?” tanya teman. “Bukan, kaya orang badannya,” jawabnya.
- S E L E S A I -


Postingan populer dari blog ini

Misteri Suara Tanpa Wujud

Malam itu pekat tak berbintang, hujan sejak sore sudah mulai sedikit reda, menyisakan gerimis halus ... membawa kesejukan. Namun, membuat sekujur tubuh merinding juga. Bagaimana tidak, aku hanya sendirian di rumah kala itu. Ayah dan ibu sedang ke luar kota menjenguk kakak yang habis lahiran. Kebetulan aku tak ikut, karena sering mabuk darat juga karena perjalanan ke rumah saudariku itu terbilang cukup memakan waktu lama. Bisa pegal pinggangku kelamaan duduk dalam mobil. Malam itu, lepas makan semangkuk indomie kaldu dicampur cabe lima biji plus perasan jeruk nipis sebelah, cukup membuat badan sedikit hangat. Makanan penggugah selera itu selalu menjadi makanan pengusir dingin kala malam tiba dengan segudang hawa dingin yang mencekam. Musim hujan selalu membawa berkah bagi Mpok Iin, penjual indomie langgananku di sudut jalan depan. Stok jualannya selalu laris olehku, pecinta mie kaldu. Setelah habis melahap semangkuk makanan andalan, segera bergegas ke ruang belakang rumah. Dapur maksudn...

Privacy Policy

  Narastudio built the app as a Free app. This SERVICE is provided by Narastudio at no cost and is intended for use as is. This page is used to inform visitors regarding our policies with the collection, use, and disclosure of Personal Information if anyone decided to use our Service. If you choose to use our Service, then you agree to the collection and use of information in relation to this policy. The Personal Information that we collect is used for providing and improving the Service. We will not use or share your information with anyone except as described in this Privacy Policy. Information Collection and Use For a better experience, while using our Service, I may require you to provide us with certain personally identifiable information. The information that I request will be retained on your device and is not collected by me in any way. The app does use third party services that may collect information used to identify you. Link to privacy policy of third party service prov...

Lexi Terkencing-kencing

Beberapa hari setelah mendengar melisa yang sudah tiada, kami pun mencoba mengikhlaskan dan cuman mengingat melisa sebagai bagian kenangan yang indah waktu sekolah. Tampaknya bekas trauma dan sedih tentang melisa ini membuat kami benar2 enggan buat membahas dan mengingat2 kejadian maupun kenangan bersama melisa. Bahkan beberapa cew famous yg pernah membully si melisa merasa bersalah dan menemui ane buat menyampaikan permohonan maaf ke melisa (dipikirnya ane dukun apa bisa ngirim salam ke arwah). Ane bahkan sempet candain mereka uda ane sampaikan nanti melisa langsung datang sendiri ngobrol langsung dengan mereka, yang diikuti rasa horor dan kepanikan dari wajah2 cew famous ini wakakakakka. "eh besok sabtu, kita bikin tenda sendiri aja", ajak lexi "emang lu ada tenda?", tanya ane "ada keknya, tapi lupa aku taruh dimana nanti aku cek dlu", jelas lexi. "gua ada, tenang aja nj*ng, tapi tenda ku ne gede banget", ujar mister "ah bagus kalau gede, ...

Teman Kelas Ane Meninggal Misterius (PART 4)

 Teman Kelas Ane Meninggal Misterius (PART 4) Sekitar jam 8an malam ane akhrinya sampai di rumah. Emak ane ternyata lagi nonton tivi barenga adik2 ane. Sembari melepas baju di dalam kamar ane, telpon rumah pun berdering. Kebetulan karena memang di renovasi rumah ane, dari ruang tamu jadi kamar ane, ne telpon diinapkan di kamar ane. Mungkin disengaja apa kagak, tapi memang ne telpon rata2 berbunyi nyariin ane. Setelah berganti pakaian seragam rumah ane, celana pendek dan singletan, ane pun mengangkat ne telpon. Ternyata si melissa yang nelpon. Dia menanyakan dari tadi sore nelpon ane masih belum balik darimana. Ane pun menjelaskan habis ngajak shopping si billy yang pengen berubah dari bujang band malaysia jadi bujang band punk rock skaters. Kami pun terbahak-bahak dan ane menceritakan ekspresi si Billy yg menghabiskan 2 juta rupiah cuman untuk 3 kaos, 1 celana panjang dan 1 celana pendek wakakkakaka. Padahal dia niatan juga mau beli tas dan sepatu buat ke sekolah seperti si lexi da...

Me #2 -DOPPELGANGER-

 Waktu saya masih sekolah sd dan toko bapak masih rame" nya, saya lebih sering belajar sendiri karena orang tua saya sibuk sama pembeli. Malam itu seperti biasa saya lagi ngerjain pr dari sekolah sendirian. Di toko ini ada rak untuk barang yang di taruh di tengah sekaligus jadi pembatas buat sedikit ruangan di belakang yang biasa dipake buat shalat sekaligus tempat tidur orang tuaku. Nah saya belajar di situ sambil menghadap lorong yang ada di belakang rumah. Ngerjain pr sambil tengkurap karena ga pake meja, cuma beralas bantal biar dada ga sakit. Lagi fokus" nya saya ngerjain pr (nunduk) sekilas saya lihat di depan saya bapak lewat di lorong dari arah warung nasi ke kamar saya di timur (posisi toko ada di tengah) pakai gamis putih yang biasa bapak pake kalo pergi shalat jum'at. Saya noleh sebentar "oh mungkin bapak mau shalat di sebelah" pikir saya. Gak lama sekitar 5 menit saya lihat lagi bayangan mama di lorong pergi ke kamar timur pake baju tidur warna ungu,...

Pengalaman Bertemu Hantu/Jin (Chapter Jogjakarta)

Selamat datang di Jogja, Kami (makhluk ghoib) bukan hanya gossip Sahabat-sahabat ane yg pernah ane sebutin di chapter Palembang, semua berdiskusi mengenai pilihan universitas sebagai pijakan lanjutan pendidikan yg lebih tinggi. rata-rata sahabat ane memilih melanjutkan ke Universitas yg ada di Sumsel pula. Sedang ane, sepakat dengan si babay untuk melanjutkan ke Jogjakarta di Universitas yg terkenal dengan jaket warna tanahnya itu. Untuk memuluskan persiapan kami supaya dapat lulus, si babay menyarankan untuk ambil lembaga kursus intensif untuk persiapan SPMB. Neu**n yg berada di nyutran menjadi pilihan kami berdua dan setelah melaporkan biaya ke emak ane. Alhamdulilah emak ane setuju dan ane pun terdaftar di kursus ini. Rupa2nya emak si babay daftarin dia bukan di kursus sini, malah di pesaingnya. ini pegimane cerite, yg nyaranin malah ke tempat laen wakakkakakkaa. dengan penuh rasa tidak enak dan kekecewaan dengan emaknya, si babay berulang kali meminta maaf ane gansis.  Ya sudah...

PEMBERANGKATAN TERAKHIR

“Aku yakin betul naik kereta malam itu, tapi orang-orang melihat aku jalan kaki di atas rel.” KERETA MALAM -PEMBERANGKATAN TERAKHIR- A THREAD Kisah ini terjadi pada 2006 silam, kala itu santer rumor beredar mengenai 'pemberangkatan terakhir ialah kereta gaib'. Sila tinggalkan jejak, RT, like atau tandai dulu judul utas di atas agar thread tidak hilang atau ketinggalan update. Maleman kita mulai.  Ini sepenggal kisah yang sampai sekarang membuatku parno naik kereta di jam malam. Peristiwa itu amat melekat diingatan bagaimana aku menempuh perjalanan tanpa sadar JKT-YK dalam waktu hampir 5 hari tapi rasanya waktu berhenti di satu malam pertama--  --Aku yakin betul kalau aku menaiki kereta malam itu, tapi orang-orang melihat aku berjalan kaki sepanjang rel yang entah muncul dari mana.  Senin malam, 2006. Aku hendak pulang ke Yogya karena mendapat kabar bapakku sakit. Kala itu aku masih kuliah di salah satu Universitas Negeri di pinggiran Ibu Kota.  Karena dapat kabar men...

”Aku bertarung melawan setan yang tertanam dalam susuk sendiri.”

 “Aku seorang penembang panggung dan aku memakai susuk. Keputusan mencabut susuk kukira hal yang mudah. Tapi sekarang, aku bertarung melawan setan yang tertanam dalam susuk sendiri.” Tengah malam, di satu rumah berbilik kayu, seorang wanita bernama Taya tersentak dari tidur lalu mengerang kesakitan. Urat-urat di wajahnya membiru menonjol keluar menegang. Napasnya tercekat, membuat suaranya berhenti di tenggorokan—  “Kak!! Kakak kenapa?!” Sani, adik Taya satu-satunya panik ketika mendapati kakaknya meringis kesakitan. Ada yang tak biasa dari wajah Taya—di sekujur pipi, dagu dan kening menonjol garis-garis keras serupa jarum-jarum halus.  Sani menyadari sesuatu, buru-buru dia membekap mulut sang kakak agar tak bersuara. “Ssssssttttt” isyarat Sani pelan sambil menangis tanpa suara  Taya mengatur napas, kedua tangannya menggenggam erat sprei dan matanya mendelik ke atas menahan sakit. “KRENGG!!” Suara lonceng terdengar mendekat.  “KREENGG!!” “KREEENGGG!” Lonceng ter...