Langsung ke konten utama

“PARA PENUNGGU SEKOLAHAN“ (Bagian 2)

 




“Mendekati jam 12 malam suasana yang tadinya hening dipecahkan oleh teriakan-terikan

histeris dan tangisan dari salah satu ruang kelas yang menjadi tempat tidur murid perempuan. 

Bahkan beberapa murid perempuan terlihat berlarian berhamburan keluar kelas. Suasananya

menjadi heboh. Para kaka Pembina berlarian menuju ruang kelas dimana para murid histeris.” 

Yang sedikit ada perdebatan adalah bunyi angklung di ruang penyimpanan peralatan. SDN X memiliki satu ruang khusus untuk menyimpan peralatan olah raga seperti kasur busa untuk

lompat tinggi berikut seperangkat tiangnya, bola-bola baik volley, bola sepak dan basket, 

lalu

panggung kecil tempat berdiri pemimpin upacara bendera pada setiap hari Senin pagi,

kemudian sound system, dan seperangkat angklung.

Mas Rebo berkisah bahwa pada suatu malam dia mendengar suara dari ruang peralatan. 

Saat

itu sebenarnya belumlah terlalu larut malam. Masih sekitar jam setengah sebelas. Saat kejadian

itu ia sedang mendengarkan lagu dari pemutar musiknya sambil tidur-tiduran di dipannya. Saat

sedang asyik menikmati lagu kesukaannya telinganya menangkap bebunyian lain. 

Awalnya dia pikir suara itu dari lagu yang sedang ia dengar, namun seingatnya lagu

kesukaannya itu tidak ada alunan angklungnya. Mas Rebo kemudian mengecilkan suara pemutar musiknya. Benar saja, itu suara angklung, dan itu bukan dari musik yang sedang ia

dengarkan! 

Mas Rebo beranjak keluar sambil membawa senter. Dikarenakan seperangkat angklung hanya

ada di ruang peralatan, maka ia memastikan langkahnya langsung menuju ruang itu. Saat

berjalan menuju ruang peralatan suara angklung masih terdengar namun tidak jelas lagu apa

yang mengalun. 

Nadanya sembarang namun benar-benar seperti ada yang sedang

memainkannya.

Sebelum membuka kunci pintu ruang perlatan terlebih dahulu mas Rebo menyalakan senternya

kemudian ia sorot cahayanya ke dalam ruangan melalui kaca jendelanya. 

Suara itu seketika

berhenti, namun terlihat beberapa bilah angklung bergoyang pertanda sehabis dimainkan. 

Kemudian ia membuka pintu ruang peralatan dengan maksud hendak memastikan saja. Ia lalu

menyoroti ke berbagai arah dengan cahaya senter, tidak ada siapapun. Untuk lebih memastikan

ia lalu menyalakan lampu ruangan itu. 

Tetap, tidak terlihat siapapun, yang ia lihat hanya

beberapa barang yang tetap pada tempatnya.

Keesokan harinya ketika mas Rebo menceritakan apa yang dialaminya semalam itu kepada

beberapa guru. 

Sebagian menganggap itu adalah perbuatan para penunggu sekolah namun

sebagian lain yakin itu dilakukan oleh tikus yang menggelantungi angklung sehingga menghasilkan bunyi. 

Boleh jadi pendapat yang mengatakan bahwa itu perbuatan tikus benar adanya. Namun seingat mas Rebo sejak saat pertama ia menyoroti ruangan dengan cahaya senter ia tidak melihat

seekor tikus pun lari. 

Lagi pula untuk membunyikan angklung yang seperangkat itu meskipun mengalunkan nada yang tidak jelas mestilah lebih dari tiga ekor tikus yang menggelayuti, kenyataannya sekali lagi,

mas Rebo tidak melihat seekor tikuspun. 

Pada malam-malam berikutnya terkadang alunan bunyi angklung kembali terdengar. Mas Rebo mendiamkan saja. Ia mulai terbiasa dengannya, sebagaimana juga sudah terbiasa mendengar

suara orang sedang menyapu dan seseorang yang sedang mandi sambil bersenandung. 

#


Namanya Ibu Sri. Dia salah satu staf guru di SDN X. “Bu Sri”, demikian rekan guru dan para

murid memanggilnya saat mengajar mata pelajaran matematika. 

Pelajaran yang bagi sebagian

murid SD adalah pelajaran yang paling tidak difavoritkan dan terasa menakutkan paling tidak

bagi murid kelas 5 dan kelas 6 SDN X. 

Terasa menakutkan dikarenakan ibu Sri yang mengajar matematika adalah guru yang sangat

tegas, alias galak atau bahasa kerennya adalah guru killer. Personanya sangat jarang

tersenyum. 

Dia sangat tidak suka apabila sedang menjelaskan pelajaran dipergokinya ada

murid yang bercakap. 

Jika bu Sri murka maka penggaris kayu 60 cm yang selalu ia bawa-bawa sebagai alat penunjuk di papan tulis ketika sedang menjelaskan materi ia pakai juga untuk memukul meja murid yang ia tuju kemurkaannya. “CETARR!!”, “Perhatikan kalo saya sedang menjelaskan!!” hardiknya. 

Maka itulah jika bu Sri sedang mengajar maka dipastikan suasananya kelas itu menjadi sepi senyap mencekam bak kuburan. Ada saja komentar usil anak-anak SD mencocok-cocokannya

sifat galak bu Sri itu dengan hewan menakutkan, yakni menjadi ibu Sri-gala. 

Bicara bu Sri yang jika sedang mengajar maka suasana kelas menjadi sepi senyap mencekam

bak kuburan, suatu kali SDN X mengadakan kegiatan Pramuka yang diperuntukan bagi murid

kelas 5. Kegiatan Pramuka itu adalah kenaikan tinggat dari Siaga menjadi Penggalang. 

Kegiatan kenaikan tingkat itu dimulainya sore hari hingga malam. Maka murid kelas 5 dan

beberapa guru yang menjadi Pembina akan bermalam di sekolah. Beberapa guru turut menjadi

“kakak” Pembina yang bertugas juga sebagai panitia kegiatan, termasuk bu Sri. 

Para alumni

SDN X yang masih aktif di kegiatan Pramuka juga turut membantu menjadi Pembina sekaligus

panitia. 

Setelah rangkaian kegiatan ketrampilan dan pengetahuan Pramuka tingkat dasar Penggalang

yang digelar semenjak petang hingga menjelang waktu maghrib maka malam harinya tibalah

pada acara puncak inisiasi yakni “Jurit Malam”, ada juga yang menyebutnya “Jerit Malam”. 

Jurit Malam intinya adalah kegiatan uji nyali para Pramuka yang akan menjadi Penggalang.

Tiap regu yang biasanya beranggotakan 10 orang berjalan pada malam hari berjalan melewati

tempat yang dianggap menyeramkan. 

Di kalangan para siswa Pramuka peserta, pada sore hari saat istirahat makan berlanjut sholat Isya sudah menggunjingkan info dari kaka kelas peserta tahun lalu 

bahwa biasanya bu Sri pada

acara Jurit Malam akan menyamar menjadi kuntilanak untuk menambah “tingkat kesulitan” uji nyali. Selain guling yang digantungkan pada pohon dengan maksud seolah-olah pocongan. 

Namun demikian meskipun sudah mendapat bocoran info tetap saja mereka merasa cemas.

Rute berjalan Jurit Malam sebenarnya tidak terlalu jauh, sekitar wilayah dekat-dekat SDN X

saja. 

Namun tidak jauh dari wilayah pemukiman masih terdapat makam tua milik warga Betawi

asli setempat yang dinamakan “Kober”. Kober itulah yang akan dilewati para peserta Jurit

Malam.

Tiba saat Jurit Malam. Agung, Surya, Adi, Ari, dan Daru tergabung dalam satu regu. 

Mereka

menamakan regu mereka “Elang”. Pada pos pertama sampai ketiga mereka akan menjumpai kakak Pembina yang memberi pertanyaan semacam tes. Pertanyaannya adalah seputar Pancasila, Tri Satya dan Dasa Dharma Pramuka, sandi-sandi, dan hal lainnya terkait

kepanduan. 

Setelah ketiga pos itulah sebagai tes terakhir mereka harus melewati kober. Dari jarak

beberapa meter dari kober mereka sudah melihat sosok dengan rambut panjang terurai

memakai 

pakaian entah gaun atau daster warna serba putih berdiri saja mematung tidak jauh dari kober yang hanya terdiri dari lima makam itu. Dua pocongan yang sebenarnya adalah

guling juga terlihat menggantung di pohon yang ada di sekitar kober. 

Ketika persis melewati kober itu, para anggota regu Elang berusaha tenang berjalan meskipun

jantung mereka berdebar dan dengkul rasanya gemetar. Namun dalam hati mereka berdoa. Si

“kuntilanak” saat dilewati tidak berbuat apa-apa, hanya diam saja sambil menunduk. 

Namun

beberapa dari anggota regu Elang sudah menebak bahwa itu memang bu Sri, dikarenakan ibu

Sri sendiri sempat menampakkan wajahnya.

Betapa leganya anak-anak Pramuka itu, 

apalagi tidak jauh dari kober dimana bu Sri menyamar

sebagai kuntilanak ternyata ada tiga orang kakak Pembina lainnya yang berjaga. 

Setelah

berhenti kemudian berbaris dan melapor kepada ketiga kaka Pembina itu merekapun diizinkan

untuk kembali ke SDN X yang berarti pula selesailah seluruh rangkaian tes. 

Pukul 11 malam seluruh peserta kegiatan Pramuka sudah kembali di SDN X. Sebagai tempat

bermalam para murid maka 4 ruang kelas dirubah fungsinya menjadi barak tempat tidur

mereka. Murid laki-laki dan perempuan dipisahkan. 

Saat di ruang kelas suara riuh tawa dan percakapan terdengar dari murid-murid menceritakan

keseruan pengalaman mereka. Namun para kakak Pembina memerintahkan agar segera lekas

istirahat tidur. Suasana pun menjadi hening. 

Mendekati jam 12 malam suasana yang tadinya hening dipecahkan oleh teriakan-teriakan

histeris dan tangisan dari salah satu ruang kelas yang menjadi tempat tidur murid perempuan.

Bahkan beberapa murid perempuan terlihat berlarian berhamburan keluar kelas. 

Suasananya

menjadi heboh. Para kakak Pembina berlarian menuju ruang kelas dimana para murid histeris.

“Adik adik ada apa?, ada apa? Tenang… tenang…” kata para Pembina. “Itu kak,…itu..foto ibu Kartini… foto ibu Kartini…” jawab mereka sambil menangis gemetaran. 

“Kenapa foto ibu

Kartini?” tanya kakak Pembina heran. Sebagaimana kita tahu bahwa pada ruang kelas baik di

tingkat SD sampai SMA dipajang beberapa foto Pahlawan Nasional. “Ma..ma..matanya ka…mata ibu Kartini keluar darah….” kata mereka sambil sesenggukan. 

Lalu mereka semua ditenangkan dengan diberi minum. Saat murid-murid sudah terlihat sedikit tenang, Pak Maulana guru IPA yang juga Ketua Pembina Pramuka SDN X menanyakan

kembali apa yang sebenarnya terjadi. 

Indah, salah seorang siswi yang tadi berada dalam kelas itu bercerita bahwa Eka yang tidak

bisa memejamkan matanya karena tidak terbiasa tidur selain di kamarnya terkejut ketika

melihat foto Ibu Kartini matanya mendelik-delik sambil melotot kemudian mengeluarkan darah. 

Eka menjerit histeris sambil menunjuk-nunjuk ke foto ibu Kartini. Jeritan Eka membangunkan seisi kelas. Di tengah kebingungan mereka melihat ke arah jari Eka menunjuk. Lalu mereka

semua pun histeris. 

“Beneran pak, saya juga liat mata bu Kartini ngelirik-ngelirik sambil melotot

terus nangis darah”, papar Indah. “Pas kita semua lari keluar saya ngeliat ada bu Sri masih jadi kuntilanak malah diem aja berdiri di depan kelas,” lanjutnya. 

Mendengar penuturan Indah, Pak Maulana dan Pembina lainnya tertegun. Setelah kejadian

heboh itu, para panitia menyalakan lampu kelas. Tidak ada yang aneh pada foto ibu Kartini

sebagaimana diutarakan murid-murid yang histeris. 

Dan bu Sri, setelah tugasnya menyamar

menjadi kuntilanak selesai ia tidak bermalam di sekolah, sudah langsung pulang dijemput suaminya. 

- S E L E S A I -


Catatan tambahan: kejadian ini berlatar di Bekasi di tahun 90an. 

Postingan populer dari blog ini

Misteri Suara Tanpa Wujud

Malam itu pekat tak berbintang, hujan sejak sore sudah mulai sedikit reda, menyisakan gerimis halus ... membawa kesejukan. Namun, membuat sekujur tubuh merinding juga. Bagaimana tidak, aku hanya sendirian di rumah kala itu. Ayah dan ibu sedang ke luar kota menjenguk kakak yang habis lahiran. Kebetulan aku tak ikut, karena sering mabuk darat juga karena perjalanan ke rumah saudariku itu terbilang cukup memakan waktu lama. Bisa pegal pinggangku kelamaan duduk dalam mobil. Malam itu, lepas makan semangkuk indomie kaldu dicampur cabe lima biji plus perasan jeruk nipis sebelah, cukup membuat badan sedikit hangat. Makanan penggugah selera itu selalu menjadi makanan pengusir dingin kala malam tiba dengan segudang hawa dingin yang mencekam. Musim hujan selalu membawa berkah bagi Mpok Iin, penjual indomie langgananku di sudut jalan depan. Stok jualannya selalu laris olehku, pecinta mie kaldu. Setelah habis melahap semangkuk makanan andalan, segera bergegas ke ruang belakang rumah. Dapur maksudn...

Privacy Policy

  Narastudio built the app as a Free app. This SERVICE is provided by Narastudio at no cost and is intended for use as is. This page is used to inform visitors regarding our policies with the collection, use, and disclosure of Personal Information if anyone decided to use our Service. If you choose to use our Service, then you agree to the collection and use of information in relation to this policy. The Personal Information that we collect is used for providing and improving the Service. We will not use or share your information with anyone except as described in this Privacy Policy. Information Collection and Use For a better experience, while using our Service, I may require you to provide us with certain personally identifiable information. The information that I request will be retained on your device and is not collected by me in any way. The app does use third party services that may collect information used to identify you. Link to privacy policy of third party service prov...

Lexi Terkencing-kencing

Beberapa hari setelah mendengar melisa yang sudah tiada, kami pun mencoba mengikhlaskan dan cuman mengingat melisa sebagai bagian kenangan yang indah waktu sekolah. Tampaknya bekas trauma dan sedih tentang melisa ini membuat kami benar2 enggan buat membahas dan mengingat2 kejadian maupun kenangan bersama melisa. Bahkan beberapa cew famous yg pernah membully si melisa merasa bersalah dan menemui ane buat menyampaikan permohonan maaf ke melisa (dipikirnya ane dukun apa bisa ngirim salam ke arwah). Ane bahkan sempet candain mereka uda ane sampaikan nanti melisa langsung datang sendiri ngobrol langsung dengan mereka, yang diikuti rasa horor dan kepanikan dari wajah2 cew famous ini wakakakakka. "eh besok sabtu, kita bikin tenda sendiri aja", ajak lexi "emang lu ada tenda?", tanya ane "ada keknya, tapi lupa aku taruh dimana nanti aku cek dlu", jelas lexi. "gua ada, tenang aja nj*ng, tapi tenda ku ne gede banget", ujar mister "ah bagus kalau gede, ...

Teman Kelas Ane Meninggal Misterius (PART 4)

 Teman Kelas Ane Meninggal Misterius (PART 4) Sekitar jam 8an malam ane akhrinya sampai di rumah. Emak ane ternyata lagi nonton tivi barenga adik2 ane. Sembari melepas baju di dalam kamar ane, telpon rumah pun berdering. Kebetulan karena memang di renovasi rumah ane, dari ruang tamu jadi kamar ane, ne telpon diinapkan di kamar ane. Mungkin disengaja apa kagak, tapi memang ne telpon rata2 berbunyi nyariin ane. Setelah berganti pakaian seragam rumah ane, celana pendek dan singletan, ane pun mengangkat ne telpon. Ternyata si melissa yang nelpon. Dia menanyakan dari tadi sore nelpon ane masih belum balik darimana. Ane pun menjelaskan habis ngajak shopping si billy yang pengen berubah dari bujang band malaysia jadi bujang band punk rock skaters. Kami pun terbahak-bahak dan ane menceritakan ekspresi si Billy yg menghabiskan 2 juta rupiah cuman untuk 3 kaos, 1 celana panjang dan 1 celana pendek wakakkakaka. Padahal dia niatan juga mau beli tas dan sepatu buat ke sekolah seperti si lexi da...

Me #2 -DOPPELGANGER-

 Waktu saya masih sekolah sd dan toko bapak masih rame" nya, saya lebih sering belajar sendiri karena orang tua saya sibuk sama pembeli. Malam itu seperti biasa saya lagi ngerjain pr dari sekolah sendirian. Di toko ini ada rak untuk barang yang di taruh di tengah sekaligus jadi pembatas buat sedikit ruangan di belakang yang biasa dipake buat shalat sekaligus tempat tidur orang tuaku. Nah saya belajar di situ sambil menghadap lorong yang ada di belakang rumah. Ngerjain pr sambil tengkurap karena ga pake meja, cuma beralas bantal biar dada ga sakit. Lagi fokus" nya saya ngerjain pr (nunduk) sekilas saya lihat di depan saya bapak lewat di lorong dari arah warung nasi ke kamar saya di timur (posisi toko ada di tengah) pakai gamis putih yang biasa bapak pake kalo pergi shalat jum'at. Saya noleh sebentar "oh mungkin bapak mau shalat di sebelah" pikir saya. Gak lama sekitar 5 menit saya lihat lagi bayangan mama di lorong pergi ke kamar timur pake baju tidur warna ungu,...

Pengalaman Bertemu Hantu/Jin (Chapter Jogjakarta)

Selamat datang di Jogja, Kami (makhluk ghoib) bukan hanya gossip Sahabat-sahabat ane yg pernah ane sebutin di chapter Palembang, semua berdiskusi mengenai pilihan universitas sebagai pijakan lanjutan pendidikan yg lebih tinggi. rata-rata sahabat ane memilih melanjutkan ke Universitas yg ada di Sumsel pula. Sedang ane, sepakat dengan si babay untuk melanjutkan ke Jogjakarta di Universitas yg terkenal dengan jaket warna tanahnya itu. Untuk memuluskan persiapan kami supaya dapat lulus, si babay menyarankan untuk ambil lembaga kursus intensif untuk persiapan SPMB. Neu**n yg berada di nyutran menjadi pilihan kami berdua dan setelah melaporkan biaya ke emak ane. Alhamdulilah emak ane setuju dan ane pun terdaftar di kursus ini. Rupa2nya emak si babay daftarin dia bukan di kursus sini, malah di pesaingnya. ini pegimane cerite, yg nyaranin malah ke tempat laen wakakkakakkaa. dengan penuh rasa tidak enak dan kekecewaan dengan emaknya, si babay berulang kali meminta maaf ane gansis.  Ya sudah...

PEMBERANGKATAN TERAKHIR

“Aku yakin betul naik kereta malam itu, tapi orang-orang melihat aku jalan kaki di atas rel.” KERETA MALAM -PEMBERANGKATAN TERAKHIR- A THREAD Kisah ini terjadi pada 2006 silam, kala itu santer rumor beredar mengenai 'pemberangkatan terakhir ialah kereta gaib'. Sila tinggalkan jejak, RT, like atau tandai dulu judul utas di atas agar thread tidak hilang atau ketinggalan update. Maleman kita mulai.  Ini sepenggal kisah yang sampai sekarang membuatku parno naik kereta di jam malam. Peristiwa itu amat melekat diingatan bagaimana aku menempuh perjalanan tanpa sadar JKT-YK dalam waktu hampir 5 hari tapi rasanya waktu berhenti di satu malam pertama--  --Aku yakin betul kalau aku menaiki kereta malam itu, tapi orang-orang melihat aku berjalan kaki sepanjang rel yang entah muncul dari mana.  Senin malam, 2006. Aku hendak pulang ke Yogya karena mendapat kabar bapakku sakit. Kala itu aku masih kuliah di salah satu Universitas Negeri di pinggiran Ibu Kota.  Karena dapat kabar men...

”Aku bertarung melawan setan yang tertanam dalam susuk sendiri.”

 “Aku seorang penembang panggung dan aku memakai susuk. Keputusan mencabut susuk kukira hal yang mudah. Tapi sekarang, aku bertarung melawan setan yang tertanam dalam susuk sendiri.” Tengah malam, di satu rumah berbilik kayu, seorang wanita bernama Taya tersentak dari tidur lalu mengerang kesakitan. Urat-urat di wajahnya membiru menonjol keluar menegang. Napasnya tercekat, membuat suaranya berhenti di tenggorokan—  “Kak!! Kakak kenapa?!” Sani, adik Taya satu-satunya panik ketika mendapati kakaknya meringis kesakitan. Ada yang tak biasa dari wajah Taya—di sekujur pipi, dagu dan kening menonjol garis-garis keras serupa jarum-jarum halus.  Sani menyadari sesuatu, buru-buru dia membekap mulut sang kakak agar tak bersuara. “Ssssssttttt” isyarat Sani pelan sambil menangis tanpa suara  Taya mengatur napas, kedua tangannya menggenggam erat sprei dan matanya mendelik ke atas menahan sakit. “KRENGG!!” Suara lonceng terdengar mendekat.  “KREENGG!!” “KREEENGGG!” Lonceng ter...