“Aku yakin betul naik kereta malam itu, tapi orang-orang melihat aku jalan kaki di atas rel.”
KERETA MALAM
-PEMBERANGKATAN TERAKHIR-
A THREAD
Kisah ini terjadi pada 2006 silam, kala itu santer rumor beredar mengenai 'pemberangkatan terakhir ialah kereta gaib'.
Sila tinggalkan jejak, RT, like atau tandai dulu judul utas di atas agar thread tidak hilang atau ketinggalan update.
Maleman kita mulai.
Ini sepenggal kisah yang sampai sekarang membuatku parno naik kereta di jam malam. Peristiwa itu amat melekat diingatan bagaimana aku menempuh perjalanan tanpa sadar JKT-YK dalam waktu hampir 5 hari tapi rasanya waktu berhenti di satu malam pertama--
--Aku yakin betul kalau aku menaiki kereta malam itu, tapi orang-orang melihat aku berjalan kaki sepanjang rel yang entah muncul dari mana.
Senin malam, 2006. Aku hendak pulang ke Yogya karena mendapat kabar bapakku sakit. Kala itu aku masih kuliah di salah satu Universitas Negeri di pinggiran Ibu Kota.
Karena dapat kabar mendadak, sehabis selesai matkul terakhir, aku lanjut nugas bareng temant-teman yang lain. Jadi baru benar-benar bisa berangkat seingatku waktu itu masih sekitar jam 10 malam.
Informasi mengenai tiket dan jadwal kereta pada masa itu belum semudah sekarang. Kita masih harus datang langsung ke stasiun untuk membeli tiket dan memeriksa jadwal.
Selepas berkegiatan, aku buru-buru ke stasiun dengan harapan masih bisa dapat tiket dan kereta malam.
Begitu aku sampai, stasiun yang berada di pusat jakarta itu tampak sepi, beberapa lampu penerangan padam, hanya beberapa lampu redup yang dibiarkan menyala.
Tak ada petugas di luar stasiun, aku tetap masuk ke dalam.
Sumpah baru kali itu aku melihat stasiun sepi banget. Aku ke toilet dulu untuk buang air kecil. Nah di toilet stasiun ini juga remang-remang gitu vibesnya.
Pas lagi asik-asiknya BAK, di belakangku ada 4 bilik kamar BAB yang semuanya tertutup. Tiba-tiba ada satu kamar mandi yang terketuk dari dalam,
“TOK-TOK-TOK!”
Suaranya bertempo lambat gitu, aku sempat mikir ada orang di dalam, tapi masa iya dia ketuk pintu toilet dari dalam (?) umumnya kan orang ngetuk itu dari luar.
Tapi kalian tau? lama-lama suara ketukan itu makin kencang dan temponya jadi cepat.
Habis itu, bukan cuma satu, tapi keempat toilet itu semuanya tiba-tiba diketuk dari dalam secara bersamaan, mana kenceng banget cuy.
Buru-buru aku keluar dari toilet, sumpah itu merinding banget.
Aku menyusuri koridor mencari tempat loket tiket. Sampai berpapasan sama satu petugas berseragam yang berdiri di depan kios resto yang sudah tutup. Aku lega saat melihat ada orang lain.
Kuhampiri petugas itu,
“Pak mau bei tiket dimana? Kereta ke Yogya masih ada?”
Masih ingat gimana petugas itu cuma menatap lurus ke depan dan pas aku ngomong, dia sama sekali gak noleh ke aku, tapi satu tangannya nunjuk ke ujung koridor yang memang ada lampu redup menyala.
Di loket, aku pesan tiket ke Yogya. Tidak ada yang aneh, selain para petugas stasiun yang kupikir emang capek, jadinya irit ngomong. Petugas loket itu pun sama, cuma ngasih tiket, terima uang tanpa ngomong apa-apa.
Aku naik ke peron jalur 2 sesuai dengan yang tertera di tiket. Peronku sepi, aku cuma sendirian di sepanjang peron 2 itu, tapi di peron 1 (tepat di seberangku) itu ada beberapa orang yang duduk sambil menunduk semua, cuma wajahnya pucat.
Gak lama, lampu kereta menyorot dari jauh masuk ke jalurku. Lalu orang-orang di peron seberang itu entah mengapa semuanya kayak serempak melihat satu arah ke arahku. Itu rasanya gimana ya, diliatin sama orang-orang dengan tatapan intimidasi seperti itu.
Mulanya, aku masih berpikir positif, mungkin mereka melihat ke arahku karena hanya aku satu-satunya objek bergerak yang bisa dipandang di depan mereka. Entah lah, aku buru-buru masuk ke kereta dan duduk di kursi dekat jendela.
Kereta langsung berangkat gak lama setelah aku duduk dan pas aku lihat dari jendela kereta, peron 1 itu kosong! Tidak ada orang-orang tadi di peron 1. Disitu aku kaget, kemana perginya mereka? kok cepet banget, rasanya tidak ada kereta lain yang datang selain keretaku.
Gerbong kereta yang kutumpangi ini sepi, jadi aku bisa selonjoran di kursi kosong di hadapanku. Kereta berjalan seperti biasanya, tak ada yang aneh, aku pun berusaha untuk tidur, sampai kereta berhenti di salah satu stasiun.
Aku terbangun sesaat kereta mulai melaju lagi, dari kaca jendela di baris sebelahku yang berdempetan dengan peron, aku melihat perempuan paruh baya yang berlarian mengejar kereta--aku merasa kasihan karena dia ketinggalan kereta.
Namun beberapa saat kereta melaju meninggalkan stasiun yang sekelilingnya sudah persawahan gelap. Tiba-tiba perempuan paruh baya dengan rambut berantakan itu masih berlari sejajar dengan laju kereta, dia menggedor-gedor sambil wajahnya ditempelkan ke kaca.
Aku gak inget apa yang perempuan itu bilang di kaca, tapi aku ingat jelas kalau suaranya memekik sampai terdengar ke dalam gerbong.
Asli, kalau inget itu aku masih merinding, seketika aku teriak, pejamkan mata sesaat habis itu sosok tersebut seketika hilang.
Aku baru sadar kalau gerbongku sudah ramai. Mungkin penumpang2 ini baru naik di stasiun tadi, pikirku.
Tapi kenapa mereka semua kayak biasa aja, tatapannya lurus seolah ga melihat sosok perempuan paruh baya yg mengejar kereta dan gak memperdulikan suaraku yg teriak spontan tadi.
Situasi saat itu mulai gak enak, aku coba tidur cari posisi paling nyaman tapi tetap juga gak bisa, rasanya kepingin buru-buru sampai ke Yogya. Aku memiringkan badan menghadap ke kursi baris sebelahku yang full.
Orang-orang itu wajahnya pucat pasi, beberapa dari mereka bahkan kulitnya seperti kebiruan. Mungkin merasa diperhatikan olehku, keempat penumpang di kursi sebelah itu langsung menoleh serempak ke arahku dan tersenyum--Senyumnya itu kayak gerak bibirnya pelan banget.
Aku balik badan, sekitarku rasanya jadi pengap banget. Aroma dalam gerbong itu seperti padat sesak, dan aku mencium bau-bau seperti tanah basah, bercampur dengan bau busuk bangkai entah dari mana.
Sepanjang perjalanan aku coba untuk tidur dan aku sempat terlelap.
Sampai aku kembali terbangun, lalu menengok ke jendela melihat kereta sudah hampir mau sampai ke stasiun tujuanku.
Tapi anehnya kenapa tidak ada pengumuman sama sekali? ...
Aku bersiap-siap merapihkan barang-barang. Saat itu, aku melihat anak kecil kurus, telanjang dan air liurnya menetes merangkak di sepanjang kabin atas bagasi.
Aku tercengang, Anak itu sekekita berhenti, menoleh menyeringai ke arahku, lalu merangkak cepat banget.
Gila itu panik banget, aku lihat ke sekeliling gerbong itu ternyata hampir penuh,
penumpang-penumpang itu seketika mereka menatap ke arahku dengan tatapan tajam seperti tidak suka, dan disitu aku sadar, kalau semua penumpang itu memakai baju warna putih lusuh.
Mereka gak ngomong apa-apa hanya terus memperhatikanku, tapi aku sudah merasa bahwa ini gak beres. Kereta mulai melambat, aku berjalan menuju pintu dan langsung turun ke stasiun.
Napasku tersengal, aku benar-benar ketakutan waktu itu. Aku coba ngatur napas dan saat kereta itu berjalan lagi, aku lihat setiap gerbongnya semua penumpang pakai baju putih yang sama.
Kaget dong, saat itu udah lemes banget, tapi buru-buru jalan keluar stasiun. Samar-samar aku mendengar orang-orang teriak kepadaku tapi entah dari mana,
semakin aku jalan, suara teriakan itu semakin jelas yang ternyata bersumber dari tukang angkringan dan beberapa orang yang meneriakiku memanggil-manggil.
Sontak, aku langsung menghampiri, tukang angkringan itu tanya ke aku,
“Koe teko ngendi?” (Kamu dari mana?)
Aku jawab dari jakarta,
“numpak opo?” (naik apa?)
“Kereta pak?” jawabku,
Mereka seketika kayak tercengang gak percaya, mereka bilang, mereka melihatku jalan kaki dari ujung rel dan tengah malam begini sudah tidak mungkin ada kereta lewat.
Mendengar itu, aku kaget gak percaya, perutku langsung terasa sakit banget, bersamaan dengan sekujur badan yang rasanya remuk. Kaki-kakiku bahkan sudah tidak ada tenaga untuk menopang tubuh lagi.
Beruntungnya, tukang angkringan dan orang-orang yang ada di sana baik. Aku diberikan tempat duduk istirahat, makan dan minum.
Rasanya aku seperti linglung, aku ceritakan pelan-pelan apa yang aku alami.
Sampai akhirnya aku tahu kalau hari ini adalah tanggal 5 hari setelah hari keberangkatanku. Jadi kemungkinan, menurut mereka, aku itu tidak naik kereta, tapi jalan kaki dari jakarta ke yogya.
Mereka bilang peristriwa ini dulu pernah terjadi, dan untuk aku berhenti di yogya, jika bablas, kemungkinan akan hilang seperti yang udah-udah.
Asli mendengar itu aku gemetar banget.
Hari itu menjadi peristiwa yang tak terlupakan sepanjang hidup dan bikin aku jadi parno tiap kali naik kereta malam.
----THREAD END----