“Aku tidak membunuh Bayiku, tapi kuberikan pada Jin untuk dijadikan ‘anak setan’. Timbal baliknya, aku mendapat harta tak terduga”
Satu sepeda motor bebek ditumpangi beban penuh melintas menembus jalanan gelap berkabut di bawah kaki gunung. Tampak pasangan muda yang tengah hamil tersebut menuju ke satu rumah berhalaman luas yang Sebagian besar materialnya terbuat dari kayu.
“Permisi Mbah” Salam Rudi
Mereka masuk ke dalam rumah yang ruangannya sudah mengepul asap dupa. Sesaji uba rampe tersusun rapih di atas altar bersama lilin-lilin.
“Usia kehamilannya tepat 7 bulan, Mbah. Kami sudah siap.” Ujar Rudi.
Mbah yang dimaksud ialah seorang nenek tuna netra berambut putih yang mengenakan kain jarik. Meski Buta, Si Mbah seolah mampu melihat apa yang ada di sekitarnya, baik yang kasat mau pun ‘tak kasat mata’.
“Mbah hanya membantu, kamu sendiri yang harus melakukan.” Jelas Si Mbah menunjuk Yuli, perempuan hamil besar yang duduk tepat di hadapannya.
Tanpa berlama-lama, Si Mbah bangkit berdiri, Yuli diminta mengikutinya menuju ruang dibalik tirai kain.
Rudi diminta menunggu di ruang tengah . Di dalam ruang sempit berukuran 2 x 3 berbaring Yuli di atas ranjang kusam. Si Mbah membisikan sesuatu di telinga Yuli yang membuatnya terkejut.
Namun Yuli merasa sudah harus siap dengan pilihan yang sudah dia ambil bersama suaminya, Rudi.
Asap kemenyan mengelilingi tubuh Yuli seraya membasuh perutnya yang melendung. Kepala Yuli dikenakan benda mirip sigar, lalu dia dikalungkan rangkaian bunga kantil. Dari dalam kendi kecil, Si Mbah mencipratkan air mawar ke wajah dan perut Yuli.
Seketika, Yuli merasa mulas yang tak tertahankan diperutnya.
“Mari kita mulai, nak” ucap pelan Si Mbah
Janin yang masih berusia 7 bulan tersebut akan dikeluarkan paksa.
Dengan beberapa kali hentakan nafas, Janin bersimbah darah keluar dengan mudah namun tidak menangis. Yuli memperhatikan bayinya yang sejatinya sudah berbentuk utuh.
Si Mbah menepuk-nepuk sang Bayu hingga akhirnya menangis, Yuli pun tak kuasa menahan tangis.
“SEKARANG NAK!” peritah Si Mbah.
Yuli mulanya ragu, namun desakan dari Si Mbah menghilangkan akal sehatnya. dia mengambil gunting besar mirip gunting rumput yang telah disiapkan di tepi ranjangnya.
Yuli berteriak histeris lalu menancap-nancapkan gunting tersebut secara brutal ke kepala dan tubuh sang Bayi hinga tangisan sang Bayi perlahan tak terdengar lagi.
Bayi tersebut di bunuh oleh ibunya sendiri
Si Mbah tersenyum,
“Tenang, Bayimu tidak mati, dia jadi anak ‘Banyurang’, tumbuh sebagai anak setan dan kamu akan mendapat apa yang kamu mau.” Ujar Si Mbah.
Yuli tertawa berderai air mata, dia telah menyerahkan janinnya menjadi ‘anak setan’ demi pesugihan yang dia lakoni bersama suaminya
“Meteng Tembean, hari ini hari rabu, selama kalian usaha, itu harus tutup setiap hari rabu dan lakukan ritual” jelas Si Mbah