Setelah mengunjungi Babeh, bapak pulang membawa air doa yang Babeh berikan. Air itu rutin diminumkan. Keadaan mulai membaik dan vina pun tak lagi melihat sosok itu. Namun gangguan mulai berlanjut lagi saat bapak pulang kampung, karena vina ini emang susah diatur soal main dan yang dia takuti cuma bapak, sehingga omelan mama dan kakak" nya tak membuatnya jera sedikitpun. Jadi saat maghrib kadang dia masih main entah dimana, padahal saat ada bapak maghrib sampai isya adalah waktunya mengaji. Dan meskipun sudah dilarang larang bahkan sampai dimarahi dia masih curi-curi pergi ke dekat pembangunan proyek dengan teman" nya.
Entah hanya perasaan saya ini memang berhubungan atau tidak. Setelah kejadian itu sifat Vina menurut saya berubah jauh, dia jadi sangat keras kepala dan sulit sekali diatur. Dan hanya menurut saat ada bapak.
Akhirnya suatu malam badan vina tiba" menggigil dan keringat dingin. Tak lama dia menangis histeris karena nenek rambut panjang itu datang dan berdiri dekat kakinya. Tak ada orang lain yang bisa lihat (padahal kami di sampingnya) dia terus menangis dipelukan mama. Kami pun mengaji disampingnya sampai dia tenang.
"Nah kan ini jadinya kalau gak dengerin apa kata orang tua. Kenapa shalat gak boleh ditinggalin. Trus maghrib itu jangan main di luar, tapi diem di rumah shalat trus ngaji. Biar vina dilindungin sama Allah. Klo vina nya bandel nanti setannya bakal dateng terus, vina mau?"
Vina hanya menggeleng sambil sesenggukan.
"Makanya mulai sekarang yang rajin shalat sama ngajinya" lanjut mama sambil terus memeluk vina
Saya pun tak ketinggalan ikut bicara, "Trus jangan main ke proyek lagi. Nanti setannya nyulik kamu di sana trus dibawa sama badan-badannya gimana? Mau kamu ilang dibawa setan? Anak yang diculik wewegombel aja belum tentu balik apalagi diculik setan begituan. Nanti kamu dipenjarain sama rajanya trus dijadiin budak di sana, disiksa siksa." kataku dengan nada menakut nakuti karena sudah gemas rasanya melihat kenakalan dia ini.
Alhasil dapet cubitan lah saya di paha ditambah pelototan mama ke saya. Saya sih cuma nyengir" aja emoticon-Hammer
Gangguan itu memang tak sepenuhnya hilang. Vina masih sering melihat si nenek, namun dengan jarak yang cukup jauh dan tak bisa mendekat.
Semenjak itu memang vina jadi agak sensitif terhadap hal" gaib. Seperti kejadian yang belum lama terjadi.
Saat itu vina sudah lulus sd dan baru saja memasuki smp. Namun hobi ngelayapnya tak kunjung hilang. Saat itu vina lagi asik bercanda di depan kontrakan saya bareng anak tetangga yang belum tidur. Lalu mama keluar toko dan memanggil vina.
"Vina.. Pulang. Belum shalat isya kamu, udh disuruh dari tadi sampe udah jam 10 malem gini masih belum shalat juga." mama mulai mengomel
"iya iya," vina menjawab sambil ngedumel. Masuklah dia ke dalam rumah, tapi malah langsung naik ke atas.
"disuruh shalat malah langsung naik ke atas bukannya ambil wudhu dulu." Hasan pun ikut ngomel. Karena memang kamar mandi hanya di bawah. Di atas ini lumayan luas, ada kasur dan dua lemari, awalnya tangga ada di tengah dan jadi sekat untuk kamar, namun dibongkar oleh bapak dan tangga dipindah ke pojok. Jadi ruangan ini los sampai pintu. Di depan pintu ada balkon selebar 1 meter sebagai tempat menjemur pakaian.
Saat mama lagi asik ngobrol dengan tetangga, lalu saya dan hasan yang lagi jaga toko vina tiba" berteriak dan berlari turun.
"Mamaaaaaaa....!!!"
"kenapa? Kenapa?" mama yang mendengar teriakan vina segera masuk rumah dan menghampiri vina.
"itu ma tadi kan vina lagi main gambaran. Trus sapu yang dipintu jatuh. Pas vina noleh di pintu ada cewek pake baju putih rambutnya panjang berdiri liatin vina."
Memang kami semua mendengar suara sapu jatuh setelah sekelebat angin dingin menghembus ke arah rumah. Lalu setelah itu disusul gerimis kecil yang turun.
" Nah kan itu vina dilihatin biar vina shalat. Makanya shalat sana," kata mama
"Takut ma.." vina merajuk
"yaudah shalat di bawah aja di kamar mama. Sini mama temenin"
Saya pun cuma ketawa dan nyeletuk ngeledek dia, "Lagian disuruh shalat malah main gambaran. Dikerjain kan jadinya. Paling "dia" udah ada di sana ngeliatin kamu main gambaran tapi kamunya gak noleh-noleh. Makanya dijatohin dah tuh sapu biar noleh"
Vina makin cemberut kesal karena diledek.
Akhirnya saat malam tidak ada yang berani naik ke atas, barulah saat mama ikut naik dan tidur di sana hasan dan vina mau tidur. Bahkan besoknya setelah dibangunkan mama untuk shalat subuh mereka berdua langsung turun setelah shalat karena mama juga turun untuk siap-siap buka toko. Sampai maghrib pun tak ada yang berani naik ke atas.
"Loh kok lampu atas belum dinyalain? Kan udah gelap," saya yang mampir ke toko heran saat pergi ke dapur yang juga di bawah tangga melihat di atas masih gelap.
Hasan pun nyeletuk "Mba aja sana yang nyalain lampunya,"
"Yaelah, laki kok takut. Hahahaha," saya meledek hasan yang hanya tersenyum kecut.
"Udah sana ah nyalain!" dia bersungut kesal.
Dengan berbekal senter hp saya naik ke atas dan kondisinya benar benar gelap karena semua pintu baik yang di depan dan di sebelah kanan tertutup rapat. Setelah menyalakan lampu saya kembali turun.
"Dah naik sana, shalat udah maghrib dari tadi juga." kataku ke vina.
"Gak ah takut, shalat di bawah aja," vina hanya menyahut sambil nyengir kuda.