Langsung ke konten utama

Misteri Rumah Sangit Episode-4: Menemui Keluarga Sahabat Pesugihan



Saya bergeming di pintu, dan merasa nyaris pipis di celana. Ruangan ini tampak manis dan hangat, tapi saya takut sekali. Pengalaman buruk saya dengan kematian dan iblis di rumah ini membuat saya tidak bisa berpikir baik tentang ibu ini. Terlebih, ibu ini adalah perempuan tua yang tadi saya temui di tengah jalan ke sini… Ibu yang berpapasan dengan saya dan menunjukkan rumah keluarga Wening ini…


“Ayo, ke sini, ‘Nak…” Ibu Wening memanggil saya untuk duduk bersamanya mengelilingi meja makan itu. Saya diam saja. Saya bahkan tidak sudi mendekat ke meja makan

tempatnya berada…


“Kamu ke sini cari Wening, ya?” tanya ibunya lagi. Saya gemetar hebat, bukan main takutnya.


Ibu Wening tampak tersenyum dan berpenampilan rapi, dengan sikap menyambut hangat, tapi saya tidak yakin ibu ini manusia atau bukan… Kalaupun ibu ini manusia… manusia macam apa yang mengurung iblis, demit, dan membantai manusia di rumahnya?!?!


“Wening biasanya enggak ada di rumah yang ini, karena ini Rumah Sangit, rumah ritual. Tapi, sekarang dia sedang ada di sini. Saya panggilkan Wening, ya…” kata Ibu Wening, suaranya halus tapi membuat tubuh saya sungguh lemas saking ketakutan.


Tiba-tiba ruangan ini tidak lagi berwarna-warni, melainkan berubah menjadi hitam, seperti gosong… Hawanya sangat panas dan bau gosong, dengan tulisan yang bermunculan pada dinding… Banyak angka “1.999” dan dibalik menjadi “666.1” berwarna merah terang muncul pada dinding, seperti ditulis oleh api membara…


Seketika terdengar suara sudut dinding yang didobrak keras!!! Wenang muncul, tetapi wajahnya… wajahnya berubah!! Wajah Wenang kini menyerupai monster… atau iblis?! Wajahnya berubah menjadi sangat mengerikan, dan menyeringai lebar. Wenang masih dalam balutan pakaian putihnya yang kotor, tapi sisi kanan bajunya sekarang dilumuri darah segar!!!

Darah siapa itu?! Darah Wening??!!


Wenang menjilat darah yang menetes-netes dari tangannya, lalu mengelapkan sisa darah di tangannya itu ke bagian dada kanan bajunya. Saya kemudian menyadari, satu tangan Wenang menggenggam tali yang menggantungkan sebuah pasung kayu… dengan ada satu potongan tangan manusia yang masih terpasung!! Apa jangan-jangan… potongan tangan itu…

dan darah itu… adalah dari teman Wening yang disekap di gudang tadi?!!


Di sudut ruang makan ini yang barusan dindingnya ia dobrak, Wenang lantas duduk bersila, dengan satu tangan memegang segenggam penuh batang bunga sedap malam dan tangan lainnya masih memegangi tali pasung kayu.


“Ue… ngin, ngan, ngin, ngin, ngan… Ue… ngin, ngan, ngin, ngin, ngan…”Wenang seperti merapal sebuah mantra dengan suara menggeram keras dan mengerikan, sambil menggerakkan segenggam batang bunga sedap malam itu ke arah saya… Dia tampak sedang mengarahkan mantra ritual pada saya!!


“Tolong…! Lari… Lari… Lari…! Di tengah kengerian ini, seketika sayup-sayup saya mendengar suara Wening.


Ada sebuah pintu panjang menyerupai lorong yang menyala di sudut lain ruangan ini. Dari situ datangnya suara Wening, “Tolong! Saya di sebelah! Lari! Lari ke sini!”


“WENING?! KAMU DI MANA?!” Saya berteriak, sambil curi-curi pandang ke

arah Wenang yang terus komat-kamit menjalankan ritual di sudut ruangan.


“Di ruangan sebelah! Lari! Lari ke sini!” Suara Wening terdengar berasal dari lorong di samping kanan saya, terus bersahut-sahutan dengan suara teriakan Wenang yang melakukan ritual iblis kepada saya.


“Ue… ngin, ngan, ngin, ngin, ngan… Ue… ngin, ngan, ngin, ngin, ngan…” Kepala saya terasa sangat pusing dan berputar-putar. Saya sangat mual, saya mau muntah…


“Ue… ngin, ngan, ngin, ngin, ngan… Ue… ngin, ngan, ngin, ngin, ngan…” Wenang masih terus menyerukan mantra ritualnya sambil mengibaskan batang-batang bunga sedap malam ke arah saya, mencipratkan darah…


“LARI!!! MASUK LORONG!!! LARIII!!!” Wening terdengar menjerit penuh rasa putus asa. Namun, suaranya itu seolah memberi kekuatan bagi saya.


Saya secepatnya berlari menuju lorong yang menyala di sana. Wenang ternyata tidak tinggal diam. Melihat saya berusaha melarikan diri, pria itu langsung bangkit dan beranjak dari sudut ritualnya… Wenang menggenggam batang bunga sedap malam dan menyeret pasung kayu berdarah…, mengejar saya.


Dengan sisa-sisa tenaga, saya terus berlari hingga mencapai ujung lorong. Memang ternyata ada ruangan, ada sebuah kerangkeng, dan ada Wening.


“CEPAT ANGKAT BALOKNYAAA!!!” Wening menyambut kemunculan saya dengan suara teriakan yang melolong dan mata yang memelototi saya

Postingan populer dari blog ini

Misteri Suara Tanpa Wujud

Malam itu pekat tak berbintang, hujan sejak sore sudah mulai sedikit reda, menyisakan gerimis halus ... membawa kesejukan. Namun, membuat sekujur tubuh merinding juga. Bagaimana tidak, aku hanya sendirian di rumah kala itu. Ayah dan ibu sedang ke luar kota menjenguk kakak yang habis lahiran. Kebetulan aku tak ikut, karena sering mabuk darat juga karena perjalanan ke rumah saudariku itu terbilang cukup memakan waktu lama. Bisa pegal pinggangku kelamaan duduk dalam mobil. Malam itu, lepas makan semangkuk indomie kaldu dicampur cabe lima biji plus perasan jeruk nipis sebelah, cukup membuat badan sedikit hangat. Makanan penggugah selera itu selalu menjadi makanan pengusir dingin kala malam tiba dengan segudang hawa dingin yang mencekam. Musim hujan selalu membawa berkah bagi Mpok Iin, penjual indomie langgananku di sudut jalan depan. Stok jualannya selalu laris olehku, pecinta mie kaldu. Setelah habis melahap semangkuk makanan andalan, segera bergegas ke ruang belakang rumah. Dapur maksudn...

Privacy Policy

  Narastudio built the app as a Free app. This SERVICE is provided by Narastudio at no cost and is intended for use as is. This page is used to inform visitors regarding our policies with the collection, use, and disclosure of Personal Information if anyone decided to use our Service. If you choose to use our Service, then you agree to the collection and use of information in relation to this policy. The Personal Information that we collect is used for providing and improving the Service. We will not use or share your information with anyone except as described in this Privacy Policy. Information Collection and Use For a better experience, while using our Service, I may require you to provide us with certain personally identifiable information. The information that I request will be retained on your device and is not collected by me in any way. The app does use third party services that may collect information used to identify you. Link to privacy policy of third party service prov...

Lexi Terkencing-kencing

Beberapa hari setelah mendengar melisa yang sudah tiada, kami pun mencoba mengikhlaskan dan cuman mengingat melisa sebagai bagian kenangan yang indah waktu sekolah. Tampaknya bekas trauma dan sedih tentang melisa ini membuat kami benar2 enggan buat membahas dan mengingat2 kejadian maupun kenangan bersama melisa. Bahkan beberapa cew famous yg pernah membully si melisa merasa bersalah dan menemui ane buat menyampaikan permohonan maaf ke melisa (dipikirnya ane dukun apa bisa ngirim salam ke arwah). Ane bahkan sempet candain mereka uda ane sampaikan nanti melisa langsung datang sendiri ngobrol langsung dengan mereka, yang diikuti rasa horor dan kepanikan dari wajah2 cew famous ini wakakakakka. "eh besok sabtu, kita bikin tenda sendiri aja", ajak lexi "emang lu ada tenda?", tanya ane "ada keknya, tapi lupa aku taruh dimana nanti aku cek dlu", jelas lexi. "gua ada, tenang aja nj*ng, tapi tenda ku ne gede banget", ujar mister "ah bagus kalau gede, ...

Teman Kelas Ane Meninggal Misterius (PART 4)

 Teman Kelas Ane Meninggal Misterius (PART 4) Sekitar jam 8an malam ane akhrinya sampai di rumah. Emak ane ternyata lagi nonton tivi barenga adik2 ane. Sembari melepas baju di dalam kamar ane, telpon rumah pun berdering. Kebetulan karena memang di renovasi rumah ane, dari ruang tamu jadi kamar ane, ne telpon diinapkan di kamar ane. Mungkin disengaja apa kagak, tapi memang ne telpon rata2 berbunyi nyariin ane. Setelah berganti pakaian seragam rumah ane, celana pendek dan singletan, ane pun mengangkat ne telpon. Ternyata si melissa yang nelpon. Dia menanyakan dari tadi sore nelpon ane masih belum balik darimana. Ane pun menjelaskan habis ngajak shopping si billy yang pengen berubah dari bujang band malaysia jadi bujang band punk rock skaters. Kami pun terbahak-bahak dan ane menceritakan ekspresi si Billy yg menghabiskan 2 juta rupiah cuman untuk 3 kaos, 1 celana panjang dan 1 celana pendek wakakkakaka. Padahal dia niatan juga mau beli tas dan sepatu buat ke sekolah seperti si lexi da...

Me #2 -DOPPELGANGER-

 Waktu saya masih sekolah sd dan toko bapak masih rame" nya, saya lebih sering belajar sendiri karena orang tua saya sibuk sama pembeli. Malam itu seperti biasa saya lagi ngerjain pr dari sekolah sendirian. Di toko ini ada rak untuk barang yang di taruh di tengah sekaligus jadi pembatas buat sedikit ruangan di belakang yang biasa dipake buat shalat sekaligus tempat tidur orang tuaku. Nah saya belajar di situ sambil menghadap lorong yang ada di belakang rumah. Ngerjain pr sambil tengkurap karena ga pake meja, cuma beralas bantal biar dada ga sakit. Lagi fokus" nya saya ngerjain pr (nunduk) sekilas saya lihat di depan saya bapak lewat di lorong dari arah warung nasi ke kamar saya di timur (posisi toko ada di tengah) pakai gamis putih yang biasa bapak pake kalo pergi shalat jum'at. Saya noleh sebentar "oh mungkin bapak mau shalat di sebelah" pikir saya. Gak lama sekitar 5 menit saya lihat lagi bayangan mama di lorong pergi ke kamar timur pake baju tidur warna ungu,...

Pengalaman Bertemu Hantu/Jin (Chapter Jogjakarta)

Selamat datang di Jogja, Kami (makhluk ghoib) bukan hanya gossip Sahabat-sahabat ane yg pernah ane sebutin di chapter Palembang, semua berdiskusi mengenai pilihan universitas sebagai pijakan lanjutan pendidikan yg lebih tinggi. rata-rata sahabat ane memilih melanjutkan ke Universitas yg ada di Sumsel pula. Sedang ane, sepakat dengan si babay untuk melanjutkan ke Jogjakarta di Universitas yg terkenal dengan jaket warna tanahnya itu. Untuk memuluskan persiapan kami supaya dapat lulus, si babay menyarankan untuk ambil lembaga kursus intensif untuk persiapan SPMB. Neu**n yg berada di nyutran menjadi pilihan kami berdua dan setelah melaporkan biaya ke emak ane. Alhamdulilah emak ane setuju dan ane pun terdaftar di kursus ini. Rupa2nya emak si babay daftarin dia bukan di kursus sini, malah di pesaingnya. ini pegimane cerite, yg nyaranin malah ke tempat laen wakakkakakkaa. dengan penuh rasa tidak enak dan kekecewaan dengan emaknya, si babay berulang kali meminta maaf ane gansis.  Ya sudah...

PEMBERANGKATAN TERAKHIR

“Aku yakin betul naik kereta malam itu, tapi orang-orang melihat aku jalan kaki di atas rel.” KERETA MALAM -PEMBERANGKATAN TERAKHIR- A THREAD Kisah ini terjadi pada 2006 silam, kala itu santer rumor beredar mengenai 'pemberangkatan terakhir ialah kereta gaib'. Sila tinggalkan jejak, RT, like atau tandai dulu judul utas di atas agar thread tidak hilang atau ketinggalan update. Maleman kita mulai.  Ini sepenggal kisah yang sampai sekarang membuatku parno naik kereta di jam malam. Peristiwa itu amat melekat diingatan bagaimana aku menempuh perjalanan tanpa sadar JKT-YK dalam waktu hampir 5 hari tapi rasanya waktu berhenti di satu malam pertama--  --Aku yakin betul kalau aku menaiki kereta malam itu, tapi orang-orang melihat aku berjalan kaki sepanjang rel yang entah muncul dari mana.  Senin malam, 2006. Aku hendak pulang ke Yogya karena mendapat kabar bapakku sakit. Kala itu aku masih kuliah di salah satu Universitas Negeri di pinggiran Ibu Kota.  Karena dapat kabar men...

”Aku bertarung melawan setan yang tertanam dalam susuk sendiri.”

 “Aku seorang penembang panggung dan aku memakai susuk. Keputusan mencabut susuk kukira hal yang mudah. Tapi sekarang, aku bertarung melawan setan yang tertanam dalam susuk sendiri.” Tengah malam, di satu rumah berbilik kayu, seorang wanita bernama Taya tersentak dari tidur lalu mengerang kesakitan. Urat-urat di wajahnya membiru menonjol keluar menegang. Napasnya tercekat, membuat suaranya berhenti di tenggorokan—  “Kak!! Kakak kenapa?!” Sani, adik Taya satu-satunya panik ketika mendapati kakaknya meringis kesakitan. Ada yang tak biasa dari wajah Taya—di sekujur pipi, dagu dan kening menonjol garis-garis keras serupa jarum-jarum halus.  Sani menyadari sesuatu, buru-buru dia membekap mulut sang kakak agar tak bersuara. “Ssssssttttt” isyarat Sani pelan sambil menangis tanpa suara  Taya mengatur napas, kedua tangannya menggenggam erat sprei dan matanya mendelik ke atas menahan sakit. “KRENGG!!” Suara lonceng terdengar mendekat.  “KREENGG!!” “KREEENGGG!” Lonceng ter...