Langsung ke konten utama

Misteri Rumah Sangit Episode-5: Meninggalkan Sahabat di Rumah Pesugihan

 


“CEPAT ANGKAT BALOKNYAAA!!!” Dari dalam kerangkeng yang puncaknya terbungkus kain merah, Wening berteriak dengan mata memelotot sambil mengguncang-guncangkan jerujinya.


Jeruji itu dikunci menggunakan tiga balok kayu panjang dari luarnya. Wening tidak bisa membukanya sendiri dari posisinya dalam kerangkeng.


“Kenapa… saya harus buka kerangkeng kamu?! Nanti kamu juga nyerang saya! Ngorbanin saya ke iblis kayak keluarga kamu! Nanti kalian bunuh saya juga kayak temen-temen kamu sebelumnya!” Seketika saya merasa curiga.


“Maaf! Saya minta maaf! Saya enggak tau! Saya enggak pernah setuju keluarga saya jadi penyembah iblis, melihara demit! Saya enggak pernah setuju keluarga saya pesugihan! Saya enggak tau kalau selama ini Wenang sering kerasukan iblis untuk pesugihan! Saya juga enggak tau kalau selama ini yang dikorbankan keluarga saya adalah teman-teman saya!” Wening menjelaskan dengan suara gemetar dan air matanya bercucuran.


“Saya enggak percaya lagi sama kamu! Kamu ngejebak saya!” Saya di luar kerangkeng merah ini, berhadapan dengan Wening sambil gemetaran.

“MAAF! Saya sungguh minta maaf! Bantu saya keluar! Saya akan keluarkan kamu dari rumah ini, kalau kamu buka kerangkeng saya!” ujar Wening.


“BOHONG!” Saya menjerit ke wajahnya.


Terdengar raungan suara Wenang yang mengejar saya melalui lorong di belakang, menyeret pasung kayu dengan potongan tangan manusia, dan menggenggam batang bunga sedap malam. Wening pun terlihat semakin panik.


“Cepat angkat balok kerangkeng saya!!! CUMA SAYA YANG BISA SELAMATKAN KAMU DARI WENANG DAN IBU!!!” jerit Wening.


Wenang mengejar saya, akan menjadikan saya tumbal berikutnya. Saya tidak mau berurusan lagi dengannya. Saya hanya mau keluar dari rumah keluarga penyembah iblis ini hidup-hidup!


Buru-buru saya mengangkat balok panjang pertama yang mengunci kerangkeng Wening. Balok itu berat sekaliii!! Tapi, saya tidak mau menyerah pada Wenang yang mau menjadikan saya tumbal pesugihan kepada iblis!!


“Cepaaatt! Saya enggak mau kamu dibunuh kakak saya untuk tumbal pesugihan!!!” Meski panik, Wening menyemangati saya. “Saya mau kamu hidup! SAYA MAU KAMU KELUAR DARI RUMAH SAYA HIDUP-HIDUP!!!”


Kekuatan saya muncul dari ketakutan, sekaligus kesadaran bahwa Wening sepertinya betul ingin saya bisa kabur dari rumah keluarganya yang memuja iblis ini. Saya pun berhasil melepas tiga balok panjang dari kerangkengnya. Sampai akhirnya Wening bisa bebas keluar jeruji yang tidak lagi terkunci.


Wening melompat keluar dari kerangkeng, dan tangannya langsung menyelipkan sebuah amplop putih kotor dan kunci ke tangan saya. “Ambil ini, dan cepat keluar dari pintu itu! Saya akan menahan Wenang supaya enggak menyerang kamu!” Wening menunjuk ke arah pintu kayu di ujung ruangan ini.


Saya melihat sebuah amplop dan kunci yang ditaruh Wening di tangan saya.Saya tahu kunci ini untuk membuka pintu keluar, tapi surat ini… “Surat apa ini?” tanya saya, kepada Wening yang berdiri berhadapan dengan saya.


“Pesan terakhir saya…,” kata Wening. “Kalau nanti saya mati di tangan kakak atau ibu saya… Kamu tetap lakukan apa yang saya tulis di surat itu…”


Wenang muncul di pintu lorong dari ruang makan tadi sambil meraung dan mengacungkan pecut batang bunga sedap malamnya. Tampak siap menerkam saya.


“CEPAT PERGI DARI RUMAH KAMI!! SAYA ENGGAK MAU KAMU MATI!! KAMU SATU-SATUNYA SAHABAT SAYA!!” Wening menangis dan berteriak dengan nada memohon kepada saya, seraya mendorong saya ke pintu.Ning…” Saya menatapnya dengan heran sekaligus sedih. Kenapa dia begini mengorbankan dirinya sendiri demi saya bisa selamat dari rumahnya…


“Ning, kalau kamu bener-bener enggak mau ikut keluarga kamu melakukan pesugihan di sini, kamu bisa ikut saya pergi…” Saya ingin mengajaknya. Dalam relung hati terdalam, saya juga ingin Wening bisa selamat dari sini… bisa selamat dari cengkeraman keluarganya yang melakukan pesugihan.


“Saya harus menahan Wenang supaya dia enggak terus ngejar kamu,” Wening berkata sambil tersenyum, tapi matanya meneteskan air mata. Kemudian, hanya suara nyanyian yang keluar dari mulutnya.


“Nang, Ning, Ning, Nang, Ning, eu… Nang, Ning, Ning, Nang, Ning, eu…”Wening menyanyikan lagu misterius ini, sambil balik badan, dan kini ia berhadapan dengan Wenang yang telah sampai memasuki ruangan ini.


Ini satu-satunya kesempatan saya kabur dari rumah keluarga penyembah iblis yang menjebak saya. Saya segera berlari menghampiri pintu kayu yang barusan ditunjuk Wening. Saya membukanya pakai kunci dari Wening, dan ternyata terhubung langsung ke halaman depan rumah, tempat parkir mobil.


Sebelum keluar, saya sekali menoleh lagi kepada Wening. Perempuan itu terus menyanyikan lagu misterius itu di hadapan Wenang. Seolah-olah lagu itulah caranya untuk menenangkan jiwa iblis dalam diri kakak kembarnya.


“Selamatkan dirimu sendiri juga, Ning!” Terakhir, saya berteriak kepadanya, kemudian cepat-cepat berlari keluar dari rumah ini dan masuk mobil saya.


Pintu rumah tetap terbuka, sehingga saya masih bisa melihat apa yang terjadi di ruangan kerangkeng sana… Wenang dan sang ibu betul-betul telah keluar dari lorong dan kini mereka berada di ruangan yang sama dengan Wening. Mereka tampak memelototi Wening dengan penuh amarah.


“INI SALAH KAMU!!!” Wenang berteriak kasar kepada Wening, kemudian memukul adik kembarnya itu pakai batang bunga sedap malam berdarah.


Wenang menjambak rambut panjang Wening, dan menyeretnya masuk kembali ke lorong menuju ruang ritual. Saya sangat kaget menyaksikannya.


Namun, Ibu Wening mendadak menoleh ke arah pintu yang terbuka… ke

arah saya… Saya tidak mau diseret kembali masuk Rumah Sangit ini!


Saya buru-buru mengendarai mobil, pergi jauh-jauh dari Rumah Sangit ini.

“Nang, Ning, Ning, Nang, Ning, eu… Nang, Ning, Ning, Nang, Ning, eu…”

Postingan populer dari blog ini

Misteri Suara Tanpa Wujud

Malam itu pekat tak berbintang, hujan sejak sore sudah mulai sedikit reda, menyisakan gerimis halus ... membawa kesejukan. Namun, membuat sekujur tubuh merinding juga. Bagaimana tidak, aku hanya sendirian di rumah kala itu. Ayah dan ibu sedang ke luar kota menjenguk kakak yang habis lahiran. Kebetulan aku tak ikut, karena sering mabuk darat juga karena perjalanan ke rumah saudariku itu terbilang cukup memakan waktu lama. Bisa pegal pinggangku kelamaan duduk dalam mobil. Malam itu, lepas makan semangkuk indomie kaldu dicampur cabe lima biji plus perasan jeruk nipis sebelah, cukup membuat badan sedikit hangat. Makanan penggugah selera itu selalu menjadi makanan pengusir dingin kala malam tiba dengan segudang hawa dingin yang mencekam. Musim hujan selalu membawa berkah bagi Mpok Iin, penjual indomie langgananku di sudut jalan depan. Stok jualannya selalu laris olehku, pecinta mie kaldu. Setelah habis melahap semangkuk makanan andalan, segera bergegas ke ruang belakang rumah. Dapur maksudn...

Privacy Policy

  Narastudio built the app as a Free app. This SERVICE is provided by Narastudio at no cost and is intended for use as is. This page is used to inform visitors regarding our policies with the collection, use, and disclosure of Personal Information if anyone decided to use our Service. If you choose to use our Service, then you agree to the collection and use of information in relation to this policy. The Personal Information that we collect is used for providing and improving the Service. We will not use or share your information with anyone except as described in this Privacy Policy. Information Collection and Use For a better experience, while using our Service, I may require you to provide us with certain personally identifiable information. The information that I request will be retained on your device and is not collected by me in any way. The app does use third party services that may collect information used to identify you. Link to privacy policy of third party service prov...

Lexi Terkencing-kencing

Beberapa hari setelah mendengar melisa yang sudah tiada, kami pun mencoba mengikhlaskan dan cuman mengingat melisa sebagai bagian kenangan yang indah waktu sekolah. Tampaknya bekas trauma dan sedih tentang melisa ini membuat kami benar2 enggan buat membahas dan mengingat2 kejadian maupun kenangan bersama melisa. Bahkan beberapa cew famous yg pernah membully si melisa merasa bersalah dan menemui ane buat menyampaikan permohonan maaf ke melisa (dipikirnya ane dukun apa bisa ngirim salam ke arwah). Ane bahkan sempet candain mereka uda ane sampaikan nanti melisa langsung datang sendiri ngobrol langsung dengan mereka, yang diikuti rasa horor dan kepanikan dari wajah2 cew famous ini wakakakakka. "eh besok sabtu, kita bikin tenda sendiri aja", ajak lexi "emang lu ada tenda?", tanya ane "ada keknya, tapi lupa aku taruh dimana nanti aku cek dlu", jelas lexi. "gua ada, tenang aja nj*ng, tapi tenda ku ne gede banget", ujar mister "ah bagus kalau gede, ...

Teman Kelas Ane Meninggal Misterius (PART 4)

 Teman Kelas Ane Meninggal Misterius (PART 4) Sekitar jam 8an malam ane akhrinya sampai di rumah. Emak ane ternyata lagi nonton tivi barenga adik2 ane. Sembari melepas baju di dalam kamar ane, telpon rumah pun berdering. Kebetulan karena memang di renovasi rumah ane, dari ruang tamu jadi kamar ane, ne telpon diinapkan di kamar ane. Mungkin disengaja apa kagak, tapi memang ne telpon rata2 berbunyi nyariin ane. Setelah berganti pakaian seragam rumah ane, celana pendek dan singletan, ane pun mengangkat ne telpon. Ternyata si melissa yang nelpon. Dia menanyakan dari tadi sore nelpon ane masih belum balik darimana. Ane pun menjelaskan habis ngajak shopping si billy yang pengen berubah dari bujang band malaysia jadi bujang band punk rock skaters. Kami pun terbahak-bahak dan ane menceritakan ekspresi si Billy yg menghabiskan 2 juta rupiah cuman untuk 3 kaos, 1 celana panjang dan 1 celana pendek wakakkakaka. Padahal dia niatan juga mau beli tas dan sepatu buat ke sekolah seperti si lexi da...

Me #2 -DOPPELGANGER-

 Waktu saya masih sekolah sd dan toko bapak masih rame" nya, saya lebih sering belajar sendiri karena orang tua saya sibuk sama pembeli. Malam itu seperti biasa saya lagi ngerjain pr dari sekolah sendirian. Di toko ini ada rak untuk barang yang di taruh di tengah sekaligus jadi pembatas buat sedikit ruangan di belakang yang biasa dipake buat shalat sekaligus tempat tidur orang tuaku. Nah saya belajar di situ sambil menghadap lorong yang ada di belakang rumah. Ngerjain pr sambil tengkurap karena ga pake meja, cuma beralas bantal biar dada ga sakit. Lagi fokus" nya saya ngerjain pr (nunduk) sekilas saya lihat di depan saya bapak lewat di lorong dari arah warung nasi ke kamar saya di timur (posisi toko ada di tengah) pakai gamis putih yang biasa bapak pake kalo pergi shalat jum'at. Saya noleh sebentar "oh mungkin bapak mau shalat di sebelah" pikir saya. Gak lama sekitar 5 menit saya lihat lagi bayangan mama di lorong pergi ke kamar timur pake baju tidur warna ungu,...

Pengalaman Bertemu Hantu/Jin (Chapter Jogjakarta)

Selamat datang di Jogja, Kami (makhluk ghoib) bukan hanya gossip Sahabat-sahabat ane yg pernah ane sebutin di chapter Palembang, semua berdiskusi mengenai pilihan universitas sebagai pijakan lanjutan pendidikan yg lebih tinggi. rata-rata sahabat ane memilih melanjutkan ke Universitas yg ada di Sumsel pula. Sedang ane, sepakat dengan si babay untuk melanjutkan ke Jogjakarta di Universitas yg terkenal dengan jaket warna tanahnya itu. Untuk memuluskan persiapan kami supaya dapat lulus, si babay menyarankan untuk ambil lembaga kursus intensif untuk persiapan SPMB. Neu**n yg berada di nyutran menjadi pilihan kami berdua dan setelah melaporkan biaya ke emak ane. Alhamdulilah emak ane setuju dan ane pun terdaftar di kursus ini. Rupa2nya emak si babay daftarin dia bukan di kursus sini, malah di pesaingnya. ini pegimane cerite, yg nyaranin malah ke tempat laen wakakkakakkaa. dengan penuh rasa tidak enak dan kekecewaan dengan emaknya, si babay berulang kali meminta maaf ane gansis.  Ya sudah...

PEMBERANGKATAN TERAKHIR

“Aku yakin betul naik kereta malam itu, tapi orang-orang melihat aku jalan kaki di atas rel.” KERETA MALAM -PEMBERANGKATAN TERAKHIR- A THREAD Kisah ini terjadi pada 2006 silam, kala itu santer rumor beredar mengenai 'pemberangkatan terakhir ialah kereta gaib'. Sila tinggalkan jejak, RT, like atau tandai dulu judul utas di atas agar thread tidak hilang atau ketinggalan update. Maleman kita mulai.  Ini sepenggal kisah yang sampai sekarang membuatku parno naik kereta di jam malam. Peristiwa itu amat melekat diingatan bagaimana aku menempuh perjalanan tanpa sadar JKT-YK dalam waktu hampir 5 hari tapi rasanya waktu berhenti di satu malam pertama--  --Aku yakin betul kalau aku menaiki kereta malam itu, tapi orang-orang melihat aku berjalan kaki sepanjang rel yang entah muncul dari mana.  Senin malam, 2006. Aku hendak pulang ke Yogya karena mendapat kabar bapakku sakit. Kala itu aku masih kuliah di salah satu Universitas Negeri di pinggiran Ibu Kota.  Karena dapat kabar men...

”Aku bertarung melawan setan yang tertanam dalam susuk sendiri.”

 “Aku seorang penembang panggung dan aku memakai susuk. Keputusan mencabut susuk kukira hal yang mudah. Tapi sekarang, aku bertarung melawan setan yang tertanam dalam susuk sendiri.” Tengah malam, di satu rumah berbilik kayu, seorang wanita bernama Taya tersentak dari tidur lalu mengerang kesakitan. Urat-urat di wajahnya membiru menonjol keluar menegang. Napasnya tercekat, membuat suaranya berhenti di tenggorokan—  “Kak!! Kakak kenapa?!” Sani, adik Taya satu-satunya panik ketika mendapati kakaknya meringis kesakitan. Ada yang tak biasa dari wajah Taya—di sekujur pipi, dagu dan kening menonjol garis-garis keras serupa jarum-jarum halus.  Sani menyadari sesuatu, buru-buru dia membekap mulut sang kakak agar tak bersuara. “Ssssssttttt” isyarat Sani pelan sambil menangis tanpa suara  Taya mengatur napas, kedua tangannya menggenggam erat sprei dan matanya mendelik ke atas menahan sakit. “KRENGG!!” Suara lonceng terdengar mendekat.  “KREENGG!!” “KREEENGGG!” Lonceng ter...