Langsung ke konten utama

Sosok Pocong dan Kuntilanak Berkaki Kuda meneror kami di kontrakan baru dan anjingku menjadi aneh

 Sosok Pocong dan Kuntilanak Berkaki Kuda meneror kami di kontrakan baru dan anjingku menjadi aneh, sampai akhirnya anjingku ditemukan sudah jadi bangkai berhari-hari.


Lantas, siapa anjing yang selama ini dirumahku?



Ini ada cerita kiriman yang cukup menarik, mengingatkan gue pada kasus penyekapan anak yang kemudian diperlakukan seperti anjing.


Kalian ingat? ...


Hari itu, pemilik kontrakan tempat kami tinggal sudah tidak lagi dapat memberikan tenggat waktu. 

Alasan kami dianggap sebagai omong kosong, sepulang dari kerja, aku takjub melihat barang-barang kami sudah ada di luar rumah. 

“Kita diusir ram” kata ibuku, sambil mengelus anjing kami di teras rumah yang sudah dikunci oleh pemiliknya. 

Apakah diantara kalian ada yang pernah diusir dari kontrakan? … Meski pun bukan kali pertama, tapi rasanya tetap saja menyedihkan. 

Begini lah hidupku, nomaden, menjadi pengelana bukan karena berjiwa petualang, tapi karena dua belas kali dipaksa pergi saat lagi nyaman-nyamannya, hehe. 

Terpaksa, aku harus mencari kontrakan pengganti segera.


Dengan sisa uang terbatas, beruntung aku dapat pengganti rumah yang pemiliknya mengerti, membiarkan kami masuk lebih dulu dengan bayaran seadanya dan sisanya bisa disusul saat gajian. 

Kontrakan baruku terbilang besar, rumah tua yang berada persis di tepi sungai dan dikelilingi pepohonan rimbun yang batangnya sampai merunduk. 

Tidak ada rumah lain di sekitar kami, hanya ada saung kecil tempat para pemancing berteduh, bahkan jalan akses masuk ke rumah ialah jalan tanah yang lebih layak disebut kebun. 

Semula aku senang, bisa dapat rumah besar dengan harga murah, tapi ketika masuk ke dalam, Aku dan ibuku sejujurnya merasa tidak nyaman.


Ya, situasi kami kepepet dan tak punya pilihan lain, daripada menggelandang. 

Waktu magrib, kami membereskan barang-barang.


Mobil pengangkut tadi hanya mengantar sampai depan kebun karena tidak bisa masuk, terpaksa aku harus mengangkutnya satu-per-satu ditemani Roki, si anjing kampung yang kupelihara dari kecil. 

Sedaritadi Roki terus menggonggong tak biasa, dia tak pernah se-rewel ini meski pun pindah ke tempat baru. 

Jujur aku merasa takut melewati kebun ini, rasanya seperti ada yang memperhatikan dari mana-mana, sampai ketika aku membawa kipas angin, aku lihat di depanku ada sosok kakek-kakek bungkuk. 

Aku sempat berhenti, Roki menggonggong ke arah kakek tersebut, dia seperti merasa terancam, namun ketika kakek itu tersenyum melihat Roki, anjingku ini langsung merunduk ciut seperti takut. 

Kakek itu berdiri sekitar 10 meter di depanku. tapi aku mendengar suara anak bebek dari pohon yang ada di atas kepalaku. 

Entah mengapa aku merasa ingin sekali melihat ke atas. Pelan, aku mendongak kepala,


dan kalian tau? 

Aku melihat sosok berambut panjang, mengenakan baju merah (seperti kuntilanak) namun yang bikin aku ngeri ialah kaki-kakinya seperti kaki kuda. 

Sumpah, di situ aku lemas, aku lihat lagi ke depan, kakek itu udah nggak ada.


Aku mulai berpikir dia bukan manusia. 

Buru-buru aku lari, tapi anjingku tetap merunduk di tempat, dia harusnya ikut langkahku lari. Sialnya, aku gak berani buat ambil anjingku lagi, kupikir nanti juga dia akan pulang sendiri. 

Malam itu aku nggak cerita apa-apa ke ibuku. Rumah ini memiliki tiga kamar, aku mengambil kamar di sebelah dapur yang memiliki jendela menghadap langsung ke sungai. 

Tengah malam, hawa panas banget, aku mendusin bangun tapi cuma setengah sadar, tanganku aku julurkan ke kolong dipan, karena biasanya Roki tidur di bawah dipan ranjang, 

kuusap-usap bulunya sampai akhirnya aku tertidur lagi, dan paginya, aku sudah tidak melihat Roki, kucari-cari ke seluruh ruang di rumah tapi nggak ketemu, di sekitar kebun juga nggak ada, 

“Ibu nggak liat Roki dari semalam, kemana dia ram?”


“Ada kok bu, semalam tidur dibawah kasur, biasa.” 

“Masa? Kalau begitu harusnya ada dong di kamarmu, kan dari tadi kamarmu dikunci.”


Ucapan ibunya seketika membuatku sadar.


Jendela kamar juga semalam kukunci, kemana Roki? … 

Aku pun berangkat kerja sambil mencoba melupakan kuntilanak berkaki kuda yang kemarin kulihat. 

Seharian di kantor itu rasanya badan lemas banget, aku pikir karena efek habis ngangkut barang pindahan sepertinya,


namun yang mengejutkan ialah pak rohidi, satpam kantorku menegur bilang aku ketempelan anak kecil. 

Asli kaget banget tau-tau dibilang begitu, kan jadi parno. 

Jarak dari tempat kerja ke kontrakan baru cukup jauh, sekitar satu jam perjalanan, aku sampai di rumah pas langit sudah gelap. 

Aku tanya Ibu, katanya Roki juga belum keliatan seharian.


Aku ambil tali yang biasa dipakai main dengan Roki, dia pasti datang atau minimal menggonggong ketika aku menggerakan tali itu di tanah. 

Aku ke depan rumah, gerak-gerakin tali sambil bawa senter karena gelap. Aku lihat ada yang lari nembus semak-semak belakangku, 

aku menduga itu Roki, kaki anjing kan beda ya kalau lagi lari sama suara kaki manusia.


Aku kejar, dan benar, itu Roki! 

Tapi Roki mengabaikan panggilanku, dia justru terus berlari seraya membawaku ke satu tempat di tepi sungai kemudian menggonggong ke deretan pohon bambu. 

Di sana aku melihat pocong yang tinggi banget, hampir setinggi bambu-bambu itu.


Aku angkat Roki lalu buru-buru lari ke rumah. 

Pintu kamar kukunci, lalu pas habis ngunci jendela, samar-samar aku lihat bayangan sendiri di refleksi kaca, 

tapi di punggungku kayak ada anak kecil, rambutnya kusut panjang, wajahnya hancur penuh luka dan dilehernya ada kalung persis seperti kalung anjing. 

Di refleksi kaca aku lihat anak kecil itu menggelayut dipunggung.


Panik, kututup gorden dan semalaman gak tenang, baru bisa tidur itu pas udah dengar suara toa masjid jam tiga pagi. 

Bangun-bangun badan sakit semua, terus ibu manggil-manggil katanya dia ketemu Roki, 

“Iya bu, tadi malam ketemu, ini di kamar.” Sahutku , sambil nyari-nyari Roki yang ternyata gak ada.


Ibu ngetuk pintu,


“Apanya di kamar? Itu Roki mati dibawah pohon kebun” 

Kaget dong, aku lari buat mastiin, ternyata Roki sudah membusuk dikerumuni lalat seperti bangkai hewan yang sudah berhari-hari.


Kalian tau? 

Roki mati tepat dibawah pohon tempat kulihat ada kuntilanak berkaki kuda.


Pikiranku udah aneh-aneh, terus siapa anjing yang malam itu aku elus-elus bulunya dan semalam tidur di kamarku. Tapi aku yakin betul itu Roki, aku sangat mengenal anjingku sendiri. 

Singkat cerita, aku cerita sama pak rohidi, satpam kantorku itu. Dia nyaranin aku buat dibersihin, aku dikasih alamat ‘orang pintar’ kenalan Pak Rohidi. 

Pas ke sana, aku disuruh pindah, karena katanya rumah itu dulunya bekas pembunuhan anak yang disiksa dan diperlakukan seperti anjing sampai tewas. 

Anak itu tinggal di kerangkeng kandang anjing, dikasih makanan anjing, terus lehernya juga dikalungin yang kadang diseret-seret sama pelakunya-- Persis seperti anjing.


Gila ya manusia? 

Dan anak itu lah yang menempel padaku, lalu nyaru jadi anjingku. 

Sumpah syok banget, tapi habis itu aku disaranin buat pindah karena katanya , makhluk-makhluk di sana akan terus meneror, itu rumah mereka, jadi nggak bisa diusir, dan kita lah yang harus pergi. 

Kabar terakhir yang kutahu setelah lebih dari setahun pindah, rumah itu masih kosong sampai sekarang, dan sungai belakang rumah itu seringkali jadi tempat orang mati tenggelam (hanyut). 


Postingan populer dari blog ini

Misteri Suara Tanpa Wujud

Malam itu pekat tak berbintang, hujan sejak sore sudah mulai sedikit reda, menyisakan gerimis halus ... membawa kesejukan. Namun, membuat sekujur tubuh merinding juga. Bagaimana tidak, aku hanya sendirian di rumah kala itu. Ayah dan ibu sedang ke luar kota menjenguk kakak yang habis lahiran. Kebetulan aku tak ikut, karena sering mabuk darat juga karena perjalanan ke rumah saudariku itu terbilang cukup memakan waktu lama. Bisa pegal pinggangku kelamaan duduk dalam mobil. Malam itu, lepas makan semangkuk indomie kaldu dicampur cabe lima biji plus perasan jeruk nipis sebelah, cukup membuat badan sedikit hangat. Makanan penggugah selera itu selalu menjadi makanan pengusir dingin kala malam tiba dengan segudang hawa dingin yang mencekam. Musim hujan selalu membawa berkah bagi Mpok Iin, penjual indomie langgananku di sudut jalan depan. Stok jualannya selalu laris olehku, pecinta mie kaldu. Setelah habis melahap semangkuk makanan andalan, segera bergegas ke ruang belakang rumah. Dapur maksudn...

Privacy Policy

  Narastudio built the app as a Free app. This SERVICE is provided by Narastudio at no cost and is intended for use as is. This page is used to inform visitors regarding our policies with the collection, use, and disclosure of Personal Information if anyone decided to use our Service. If you choose to use our Service, then you agree to the collection and use of information in relation to this policy. The Personal Information that we collect is used for providing and improving the Service. We will not use or share your information with anyone except as described in this Privacy Policy. Information Collection and Use For a better experience, while using our Service, I may require you to provide us with certain personally identifiable information. The information that I request will be retained on your device and is not collected by me in any way. The app does use third party services that may collect information used to identify you. Link to privacy policy of third party service prov...

Lexi Terkencing-kencing

Beberapa hari setelah mendengar melisa yang sudah tiada, kami pun mencoba mengikhlaskan dan cuman mengingat melisa sebagai bagian kenangan yang indah waktu sekolah. Tampaknya bekas trauma dan sedih tentang melisa ini membuat kami benar2 enggan buat membahas dan mengingat2 kejadian maupun kenangan bersama melisa. Bahkan beberapa cew famous yg pernah membully si melisa merasa bersalah dan menemui ane buat menyampaikan permohonan maaf ke melisa (dipikirnya ane dukun apa bisa ngirim salam ke arwah). Ane bahkan sempet candain mereka uda ane sampaikan nanti melisa langsung datang sendiri ngobrol langsung dengan mereka, yang diikuti rasa horor dan kepanikan dari wajah2 cew famous ini wakakakakka. "eh besok sabtu, kita bikin tenda sendiri aja", ajak lexi "emang lu ada tenda?", tanya ane "ada keknya, tapi lupa aku taruh dimana nanti aku cek dlu", jelas lexi. "gua ada, tenang aja nj*ng, tapi tenda ku ne gede banget", ujar mister "ah bagus kalau gede, ...

Teman Kelas Ane Meninggal Misterius (PART 4)

 Teman Kelas Ane Meninggal Misterius (PART 4) Sekitar jam 8an malam ane akhrinya sampai di rumah. Emak ane ternyata lagi nonton tivi barenga adik2 ane. Sembari melepas baju di dalam kamar ane, telpon rumah pun berdering. Kebetulan karena memang di renovasi rumah ane, dari ruang tamu jadi kamar ane, ne telpon diinapkan di kamar ane. Mungkin disengaja apa kagak, tapi memang ne telpon rata2 berbunyi nyariin ane. Setelah berganti pakaian seragam rumah ane, celana pendek dan singletan, ane pun mengangkat ne telpon. Ternyata si melissa yang nelpon. Dia menanyakan dari tadi sore nelpon ane masih belum balik darimana. Ane pun menjelaskan habis ngajak shopping si billy yang pengen berubah dari bujang band malaysia jadi bujang band punk rock skaters. Kami pun terbahak-bahak dan ane menceritakan ekspresi si Billy yg menghabiskan 2 juta rupiah cuman untuk 3 kaos, 1 celana panjang dan 1 celana pendek wakakkakaka. Padahal dia niatan juga mau beli tas dan sepatu buat ke sekolah seperti si lexi da...

Me #2 -DOPPELGANGER-

 Waktu saya masih sekolah sd dan toko bapak masih rame" nya, saya lebih sering belajar sendiri karena orang tua saya sibuk sama pembeli. Malam itu seperti biasa saya lagi ngerjain pr dari sekolah sendirian. Di toko ini ada rak untuk barang yang di taruh di tengah sekaligus jadi pembatas buat sedikit ruangan di belakang yang biasa dipake buat shalat sekaligus tempat tidur orang tuaku. Nah saya belajar di situ sambil menghadap lorong yang ada di belakang rumah. Ngerjain pr sambil tengkurap karena ga pake meja, cuma beralas bantal biar dada ga sakit. Lagi fokus" nya saya ngerjain pr (nunduk) sekilas saya lihat di depan saya bapak lewat di lorong dari arah warung nasi ke kamar saya di timur (posisi toko ada di tengah) pakai gamis putih yang biasa bapak pake kalo pergi shalat jum'at. Saya noleh sebentar "oh mungkin bapak mau shalat di sebelah" pikir saya. Gak lama sekitar 5 menit saya lihat lagi bayangan mama di lorong pergi ke kamar timur pake baju tidur warna ungu,...

Pengalaman Bertemu Hantu/Jin (Chapter Jogjakarta)

Selamat datang di Jogja, Kami (makhluk ghoib) bukan hanya gossip Sahabat-sahabat ane yg pernah ane sebutin di chapter Palembang, semua berdiskusi mengenai pilihan universitas sebagai pijakan lanjutan pendidikan yg lebih tinggi. rata-rata sahabat ane memilih melanjutkan ke Universitas yg ada di Sumsel pula. Sedang ane, sepakat dengan si babay untuk melanjutkan ke Jogjakarta di Universitas yg terkenal dengan jaket warna tanahnya itu. Untuk memuluskan persiapan kami supaya dapat lulus, si babay menyarankan untuk ambil lembaga kursus intensif untuk persiapan SPMB. Neu**n yg berada di nyutran menjadi pilihan kami berdua dan setelah melaporkan biaya ke emak ane. Alhamdulilah emak ane setuju dan ane pun terdaftar di kursus ini. Rupa2nya emak si babay daftarin dia bukan di kursus sini, malah di pesaingnya. ini pegimane cerite, yg nyaranin malah ke tempat laen wakakkakakkaa. dengan penuh rasa tidak enak dan kekecewaan dengan emaknya, si babay berulang kali meminta maaf ane gansis.  Ya sudah...

PEMBERANGKATAN TERAKHIR

“Aku yakin betul naik kereta malam itu, tapi orang-orang melihat aku jalan kaki di atas rel.” KERETA MALAM -PEMBERANGKATAN TERAKHIR- A THREAD Kisah ini terjadi pada 2006 silam, kala itu santer rumor beredar mengenai 'pemberangkatan terakhir ialah kereta gaib'. Sila tinggalkan jejak, RT, like atau tandai dulu judul utas di atas agar thread tidak hilang atau ketinggalan update. Maleman kita mulai.  Ini sepenggal kisah yang sampai sekarang membuatku parno naik kereta di jam malam. Peristiwa itu amat melekat diingatan bagaimana aku menempuh perjalanan tanpa sadar JKT-YK dalam waktu hampir 5 hari tapi rasanya waktu berhenti di satu malam pertama--  --Aku yakin betul kalau aku menaiki kereta malam itu, tapi orang-orang melihat aku berjalan kaki sepanjang rel yang entah muncul dari mana.  Senin malam, 2006. Aku hendak pulang ke Yogya karena mendapat kabar bapakku sakit. Kala itu aku masih kuliah di salah satu Universitas Negeri di pinggiran Ibu Kota.  Karena dapat kabar men...

”Aku bertarung melawan setan yang tertanam dalam susuk sendiri.”

 “Aku seorang penembang panggung dan aku memakai susuk. Keputusan mencabut susuk kukira hal yang mudah. Tapi sekarang, aku bertarung melawan setan yang tertanam dalam susuk sendiri.” Tengah malam, di satu rumah berbilik kayu, seorang wanita bernama Taya tersentak dari tidur lalu mengerang kesakitan. Urat-urat di wajahnya membiru menonjol keluar menegang. Napasnya tercekat, membuat suaranya berhenti di tenggorokan—  “Kak!! Kakak kenapa?!” Sani, adik Taya satu-satunya panik ketika mendapati kakaknya meringis kesakitan. Ada yang tak biasa dari wajah Taya—di sekujur pipi, dagu dan kening menonjol garis-garis keras serupa jarum-jarum halus.  Sani menyadari sesuatu, buru-buru dia membekap mulut sang kakak agar tak bersuara. “Ssssssttttt” isyarat Sani pelan sambil menangis tanpa suara  Taya mengatur napas, kedua tangannya menggenggam erat sprei dan matanya mendelik ke atas menahan sakit. “KRENGG!!” Suara lonceng terdengar mendekat.  “KREENGG!!” “KREEENGGG!” Lonceng ter...